001 Hak Akses (open/membership) | open |
700 Entri Tambahan Nama Orang | Jolasa, Vincentius Y., promotor; Soerjanto Poespowardojo, co-promotor; Lubis, Akhyar Yusuf, co-promotor |
336 Content Type | |
264b Nama Penerbit | Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia |
710 Entri Tambahan Badan Korporasi | Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya |
049 No. Barkod | 07-17-874184224 |
852 Lokasi | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
504 Catatan Bibliografi | |
338 Carrier Type | |
590 Cat. Sumber Pengadaan Koleksi | Deposit |
903 Stock Opname | |
Tahun Buka Akses | |
053 No. Induk | 07-17-874184224 |
653 Kata Kunci | |
040 Sumber Pengatalogan | |
245 Judul Utama | Titik temu hubungan iman dan akal : suatu telaah kritis atas evolusi kesadaran dalam perpektif toeri Teilhard de Chardin |
264c Tahun Terbit | 2008 |
650 Subyek Topik | Teilhard de Chardin, Pierre; Human evolution |
850 Lembaga Pemilik | Universitas Indonesia |
904b Pemeriksa Lembar Kerja | |
520 Ringkasan/Abstrak/Intisari | Menggagas hubungan iman dan akal menjadi persoalan utama yang hendak dikuak dalam disertasi ini. Persoalan ini kaya dengan berbagai perspektif, dan khususnya dalam disertasi ini adalah merupakan upaya untuk menjawab dalam perspektif filosofis, dalam menggali titik temu yang menghubungkan iman dan akal melalui tinjauan kritis atas evolusi kesadaran yang didasarkan pada teori Pierre Teilhard de Chardin. Awalnya, pergolakan antara iman dan rasio adalah pergumulan para kaum agamawan yang berusaha menjawab tantangan dari filsafat Yunani. Dari sanalah muncul ungkapan Tertulianus: ""what does Athens have in common with Jerusalem?"", juga Agustinus dengan ungkapan: faith seeking understanding (fides quaerens intellectum). Bergerak maju ke zaman Pencerahan, titik berat perdebatan lebih dititikbeWkan pada potensi manusia dengan akalnya. Peristiwa yang dialami ',Galileo menjadi catatan penting dalam sejarah, dan semakin banyak orang yang menekankan bahwa manusia tidak dapat sampai kepada Tuhan melalui akal sebab Tuhan itu sama sekali tidak dapat dikenali. Kecedurungan hubungan iman dan akal, ataupun sains dan agama kemudian sering dipandang bermusuhan dan berada dalam sebuah pertempuran hidup-mati. Namun, beberapa orang berupaya mencari kemitraan yang konstruktif antara keduanya. Pada posisi inilah Pierre Teilhard de Chardin menghadirkan peta pemikirannya tentang evolusi kesadaran. Evolusi merupakan sebuah proses panjang yang melibatkan berbagai elemen, mulai dari yang sederhana, mengalami keterpecahan, berkembang menjadi semakin kompleks, selama kurun waktu yang sangat panjang. Kehadiran manusia dalam fase noosfera, di mana kesadaran menjadi penanda kehadirannya. Manusia yang berkesadaran harus dilihat sebagai pribadi yang memiliki otonomi aatas dirinya, sebagai animal rationale, yang dalam pergulatannya itu menciptakan simbol-simbol dalam menjalin komunikasi juga berpikir, sehingga apa yang disampaikan olehnya menjadi bermakna (animal symbolicum). Sebagai homo religiosus, manusia selalu terdorong ke arah yang kudus dan terlibat dalam pengalaman-pengalaman pribadinya yang bersifat religius. Dan dalam keseluruhannya itu, manusia mengalami dinamisasi dan terus berproses dalam hidupnya. Di bawah pengaruh misitisme, Teilhard mengusung pemahaman communion with God sebagai kecendurungan yang dimiliki manusia sebagai homo religiosus. Communion with earth yang menunjuk pada kemampuan manusia dalam mengolah. |
090 No. Panggil Setempat | D903 |
d-Entri Utama Nama Orang | |
500 Catatan Umum | |
d-Entri Tambahan Nama Orang | |
337 Media Type | |
526 Catatan Informasi Program Studi | Ilmu Filsafat |
100 Entri Utama Nama Orang | Anakotta, Elka, author |
264a Kota Terbit | Depok |
300 Deskripsi Fisik | xv, 225 hlm. : ill. ; 30 cm. |
904a Pengisi Lembar Kerja | Aditya Mega |
Akses Naskah Ringkas | |
856 Akses dan Lokasi Elektronik | |
246 Judul Alternatif | |
502 Catatan Jenis Karya | Disertasi |
041 Kode Bahasa | ind |