001 Hak Akses (open/membership) | membership |
700 Entri Tambahan Nama Orang | Hamdi Muluk, promotor; Mirra Noor Milla, co-promotor; Idhamsyah Eka Putra, co-promotor; Bagus Takwin, examiner; Meliala, Adrianus Eliasta, 1966-, examiner; Ali Mashuri, examiner; Amarina Ashar Ariyanto, examiner |
336 Content Type | text (rdacontent) |
264b Nama Penerbit | |
710 Entri Tambahan Badan Korporasi | Universitas Indonesia. Fakultas Psikologi |
049 No. Barkod | 07-20-689674025 |
504 Catatan Bibliografi | pages 122-145 |
852 Lokasi | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
338 Carrier Type | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
590 Cat. Sumber Pengadaan Koleksi | ;Unggah 4 |
903 Stock Opname | |
Tahun Buka Akses | 2019 |
053 No. Induk | 07-20-689674025 |
653 Kata Kunci | radikalisme ; motivasi kebermaknaan ; budaya kolektivistik ; budaya individualistik ; peleburan identitas ; teori representasi sosial |
040 Sumber Pengatalogan | LibUI eng rda |
245 Judul Utama | Bangkitnya motivasi kebermaknaan dan peleburan identitas memprediksi pengorbanan diri bentuk kekerasan di Indonesia = Achieving personal significance or preserving social status? quest for significance and collectivistic shift predict violent self-sacrifice in Indonesia / Joevarian Hudiyana |
264c Tahun Terbit | 2019 |
650 Subyek Topik | Radicalism--Psychological aspects. |
850 Lembaga Pemilik | Universitas Indonesia |
520 Ringkasan/Abstrak/Intisari | Teori-teori sebelumnya telah mencatat bahwa perilaku militan ekstremis seperti pengorbanan diri dapat dijelaskan oleh persepsi ketidakadilan, konsolidasi identitas sosial, dan ketidakpastian pribadi atau motivasi kebermaknaan (pencarian makna). Namun, masih kurang jelas apakah ada perbedaan kontekstual dalam membangkitkan motivasi kebermaknaan. Saya berpendapat bahwa faktor budaya seperti perbedaan dalam orientasi tujuan dan penekanan pada relasionalitas / individualitas di antara budaya kolektivistik dan individualistik dapat menjelaskan bangkitnya motivasi kebermaknaan, yang pada akhirnya, membentuk motivasi pengorbanan diri. Dalam Studi 1, saya mengeksplorasi representasi sosial dari konsep hidup yang bermakna di antara orang Indonesia (budaya kolektivistik) dan orang Amerika (budaya individualistik). Dalam Studi 2, saya memeriksa apakah temuan dari Studi 1 benar-benar dimanifestasikan dalam bahasa sehari-hari orang Indonesia (vs. Global). Saya menemukan bahwa orang Indonesia cenderung menekankan pengabdian sebagai tema utama dari hidup yang bermakna, dan ini merupakan tema relasional yang menekankan pada kesejahteraan kelompok daripada capaian individu. Dalam Studi 3, saya secara eksperimental menguji apakah ancaman terhadap kebermaknaan (vs. promosi kebermaknaan) mempengaruhi niat untuk mengorbankan diri. Terakhir, dalam Studi 4 saya melakukan survei untuk memeriksa apakah peleburan identitas adalah mekanisme dari temuan eksperimental. Dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan budaya dalam bagaimana seseorang dapat mencari kebermaknaan. Perbedaan tersebut dapat memprediksi ekstremisme militan.
Previous theories have noted that militant extremist behavior such as self-sacrifice can be explained by perceived injustice, social identity consolidation, and personal uncertainty or quest for significance (meaning seeking motivation). However, less is clear about the contextual differences of how to awaken personal quest for significance. I argue that cultural factor such as difference in goal orientation and emphasis on relationality/individuality among collectivistic and individualistic culture may explain the awakening of quest for significance, which in turn, determine the self-sacrifice motivation. In Study 1, I explored the social representation of meaningful/significant life among Indonesian (collectivistic culture) and American participants (individualistic culture). In Study 2, I examined whether the findings from Study 1 was truly manifested in the daily language of Indonesian (vs. Global) people. I found that Indonesian people tend to emphasize devotion as the cardinal theme of meaningful life, which is a relational theme emphasizing on the group’s goal rather than individual’s enhancement. In Study 3, I experimentally test whether threat to significance as opposed to promotion of significance influenced the intention for self-sacrifice. Finally, in Study 4 I conducted a survey to examine whether collectivistic shift was the mechanism of our experimental finding. I established that there is indeed cultural difference in how a person may seek their significance and such pattern may predict militant extremism such as violent self-sacrifice in a unique way. |
904b Pemeriksa Lembar Kerja | |
090 No. Panggil Setempat | D2761 |
d-Entri Utama Nama Orang | |
500 Catatan Umum | Tidak dapat diakses di UIANA, karena: akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu Journal of Pacific Rim Psychology yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan 11 tahun 2019 |
d-Entri Tambahan Nama Orang | |
337 Media Type | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
526 Catatan Informasi Program Studi | 04.00.08.01 |
100 Entri Utama Nama Orang | Joevarian Hudiyana, supervisor |
264a Kota Terbit | |
300 Deskripsi Fisik | xi, 145 pages : illustration ; 28 cm + appendix |
904a Pengisi Lembar Kerja | Sutiman2020 |
Akses Naskah Ringkas | |
856 Akses dan Lokasi Elektronik | http://lib.ui.ac.id/unggah/system/files/node/2019/1/joevarian/joevarian_hudiyanajoevarian_hudiyanajoevarian_hudiyana-disertasi-fakultas_psikologi-full_text-2019.pdf |
502 Catatan Jenis Karya | Disertasi |
246 Judul Alternatif | |
041 Kode Bahasa | eng |