001 Hak Akses (open/membership) | membership |
700 Entri Tambahan Nama Orang | Yasmine Zaky Shahab, promotor; Julian Aldrin Pasha, examiner; Tony Rudyansjah, co-promotor; Muhammad Ikhsan Tanggok, examiner; Vincentia Irmayanti Meliono, examiner; Irwan Martua Hidayana, examiner; Prihandoko Sanjatmiko, examiner |
336 Content Type | text |
264b Nama Penerbit | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia |
710 Entri Tambahan Badan Korporasi | Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik |
504 Catatan Bibliografi | pages 337-349 |
049 No. Barkod | 07-24-83646844 |
852 Lokasi | Perpustakaan UI |
338 Carrier Type | online resource |
590 Cat. Sumber Pengadaan Koleksi | ;;Deposit |
903 Stock Opname | |
534 Catatan Versi Asli | Buatlah naskah ringkas sesuai dengan format yang berlaku. Format penulisan dapat dilihat dibagian Panduan Penulisan pada web ini. Naskah ringkas maksimal 20 halaman dan sudah termasuk daftar pustaka. |
Tahun Buka Akses | 2021 |
053 No. Induk | 07-24-83646844 |
653 Kata Kunci | Ceremony ; profane ; space ; sacred ; time |
040 Sumber Pengatalogan | LibUI ind rda |
245 Judul Utama | Sakral dan profan dalam dimensi ruang dan waktu: studi kasus upacara di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi = The Sacred and profane in the dimensions of space and time (a case study of ceremonies at Hok Lay Kiong Temple Bekasi) |
264c Tahun Terbit | 2020 |
650 Subyek Topik | Chinese--Indonesia--Rituals; Religion, culture, and society |
850 Lembaga Pemilik | Universitas Indonesia |
520 Ringkasan/Abstrak/Intisari | Disertasi ini merupakan kritikan terhadap teori Emile Durkheim mengenai konsep sakral dan profan. Emile Durkheim melihat religi sebagai suatu bentuk dikotomi antara sakral dan profan dalam dimensi ruang dan waktu. Diskusi sakral dan profan selama ini senantiasa memperlakukan ruang dan waktu dalam analisis yang coextensive atau menyatu. Padahal dalam beberapa kebudayaan, pemisahan kedua hal tersebut yaitu antara ruang dan waktu sangat dibutuhkan dalam memahami konsepsi sakral, dan profan itu sendiri. Dalam kebudayaan Cina perlu adanya pemisahan ruang dan waktu dalam memperlihatkan yang sakral. Disertasi ini menunjukkan ruang sakral menjadi tidak sakral ketika tidak ada upacara dan dimensi waktu menentukan konsepsi sakral. Melalui dimensi waktulah, proses transformasi terjadi dengan mengubah yang profan menjadi sakral demikian juga sebaliknya.
Penelitian ini merupakan penelitian metode etnografi yang dilakukan di kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. Teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan terlibat, dan pengamatan terhadap upacara-upacara seperti sembahyang ceit capgo, rangkaian upacara Imlek mulai dari upacara mengantar dewa dapur, upacara memandikan patung dewa, sampai dengan upacara Imlek, upacara Capgomeh, dan upacara ulang tahun dewa Hian Thian Siang Tee, yang merupakan dewa utama kelenteng. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap orang-orang kelenteng yang eliputi pengurus yayasan, pengurus kelenteng, medium, penjaga kelenteng, dan umat kelenteng. Dengan menganalisis upacara-upacara tersebut terlihat bagaimana konsepsi sakral terwujud dalam sebuah upacara dan dimensi waktu yang mengubah profan menjadi sakral.
......This dissertation is a form of criticism of Emile Durkheim?s theory of the concepts of the sacred and profane. Emile Durkheim perceives religion as dichotomy between the sacred and profane in the dimensions of space and time. The discussion related to the sacred and profane has always treated space and time in coextensive or unified analysis. Whereas in some cultures, the separation between space and time is needed to understand the concepts of the sacred and profane. In Chinese culture, it is necessary to separate space and time in showing
the sacred. This dissertation presents that the sacred space is not sacred when there is no ceremony, and the time dimension determines the conception of the sacred. Through the time dimension, the process of transformation occurs by changing the profane into the sacred, and vice versa. This study uses ethnographic method conducted at Hok Lay Kiong Temple, Bekasi. The main data collection techniques used are involved-observation, and ceremonies
observation such as the Ceit Capgo, Chinese New Year ceremonies ranging from accompanying the Kitchen God, bathing ceremony to god statues, to Chinese New Year ceremonies, Capgomeh ceremony, and the celebration of Hian Thian Siang Tee birthday. Indepth interviews were also conducted with the temple?s people including the foundation?s
management, the temple administrator, the medium, the temple guards, and the temple community. By analyzing the ceremonies, it can be seen how the conception of the sacred occured, and the time dimension changes the profane into a sacred. |
904b Pemeriksa Lembar Kerja | |
090 No. Panggil Setempat | D-pdf |
d-Entri Utama Nama Orang | |
500 Catatan Umum | Tidak dapat diakses di UIANA, karena: akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu Kasetsart Journal of Social Sciences yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan Maret tahun 2021 |
337 Media Type | computer |
d-Entri Tambahan Nama Orang | |
526 Catatan Informasi Program Studi | Antropologi |
100 Entri Utama Nama Orang | Celerina Dewi Hartati, author |
264a Kota Terbit | Depok |
300 Deskripsi Fisik | xxxi, 359 pages : illustration + appendix |
904a Pengisi Lembar Kerja | Iyan24 |
Akses Naskah Ringkas | |
856 Akses dan Lokasi Elektronik | |
502 Catatan Jenis Karya | Disertasi |
041 Kode Bahasa | ind |