Penelitian ini bergerak dari dua arah dengan mengacu pada satu tujuan menjelaskan model metodologi kritik sastra Indonesia. Satu arah a priori berdasarkan pada kenyataan bahwa perkembangan kritik sastra mengambil metode yang beragam sehingga memerlukan Satu penjelasan umum yang memadai untuk menerangkan masing-masing model. Fenomenologi dipilih karena melihat bentuk penelitian humaniora sebagai suatu intensionalitas subjek-objek, yang merangkum secara menyakinkan fase-fase penelitian melalui apa yang disebut dengan tahapan intensionalitas, yakni objektifikasi, identifikasi, horison, profil kelengkapan, dan konstitusi. Arah a postertori dikembangkan melalui teknik generalisasi sampai menemukan rumusan model-model metode yang digunakan kritikus. Dari arah ini, metode yang mementingkan objektifikasi dan identifikasi karya disebut dengan antologi, sedangkan sebaliknya, yang tidak mementingkan berapa banyak data tetapi lebih pada unsur-unsur terstruktur sebagai eksplisitasi dari profil kelengkapan disebut dengan metode struktural. Unsur identifikasi dan penciptaan horison yang dihubungkan dengan dimensi ruang-waktu akan berupaya memahami subjek sebagai dasar pemahaman terhadap karya. Identifikasi subjek melalui profil kelengkapan ini disebut dengan model biografis. Adapun kegiatan penelitian yang sampai pada penyusunan konsitusi akan berorientasi pada perbandingan dengan konstitusi yang terjadi sebelumnya, sehingga terjadi konsitusi ganda. Dalam konsitusi ganda, yang disebut dengan model emansipatoris ini, berupaya melakukan koreksi-koreksi atas kemajuan gagasan yang telah dilakukan. Kendati terjadi konsitusi ganda dalam model feminisme, penyusunan konsitusi ini lebih diarahkan pada dekonstruksi patriakhi, yakni pematahan penjelasan yang bias gender.
Dari dasar pemikiran itu, dalam kaitannya dengan objek penelitian dilakukan dua tahap pengumpulan. Tahap pertama pengumpulan data melalui teknik random purposive sampling dengan batasan kritik sastra Indonesia tahun 1932-2001. Pengumpulan data ini disusun berdasarkan cluster demi memudahkan identifikasi selanjutnya secara bertingkat. Tahap kedua, identifikasi tiap cluster kemudian dibagi per I0 tahun dengan mengesampingkan tendensi politik dalam sejarah sastra Indonesia. Dua tahapan itu dijadikan dasar untuk melakukan analisis berdasarkan kategorisasi metodologis.
Hasil dari dua tahap pengumpulan data adalah sebanyak 323 kritik sastra Indonesia. Jika dengan sampling error sekitar 11 % maka diperkirakan selama 70 tahun (1932-2001) kritik sastra yang terbit di Indonesia adalah 300 sampai 400 judul buku dengan pengarang berjumlah 168 orang. Dari sejumlah judul buku tersebut, dipilih 23 kritik sastra yang diduga merepresentasikan kritik yang dihimpun.
The research has moved on two ways referring to one result of which is to explain methodological models of Indonesian Criticism. On one a priori way is based on the tact that literary criticism used to getting various methods. So phenomenology is necessary to find the fundamental ideas in order to explore them with the reason that it is showed plausibly the research as subject-object intentionality. The theory proved the phase of intention that is objectification, identification, making horizon, profile of perfection, and constitution.
While the way a priori, on other side, is used method of generalizing to formulize the methodological models. lf the method looks for data as many as possible, then this is called anthological models, while inversely, the method looks for the structural elements in the work, so he called structural models. When the elements related to outer world -in this case of author world- this is named biographical models. Elements concemed with a theme, a trying to prove many profile of landscape, so this is called emansipatoty. lf the models have target of sight generally, the feminism models is more particular to deconstruct the patriarchal term.
For this reason: the research operates two steps. First, gathering data by random purposive sampling in which these scope of Indonesian literary criticism are from 1932-2001. They conceived by cluster in order to identify the problem per level. Second, identifying divided by per ten years excluding politics interest in the history of lndoncsian literary criticism, Two steps are basic research followed by analyzing lirstly on methodological category.
The results are 323 hooks from 1932 to 2001. If sampling error around of l l % then during 70 years Indonesian literary criticism are 300400 books written by 168 critics. Front this description, they are selected 23 object of the list assumed representing Indonesian criticism. Based on the data, there are five methodological models of Indonesian criticism that is anthological models, structural, biography, emansipatory, and feminism.