Dilakukan penelitian untuk memperoleh bukti tentang basil tahan asam (BTA) dalam sumsum tulang (ST) pada pasien dengan tuberkulosis ekstrapulmoner. Pada 50 kasus yang diduga tuberkulosis ekstrapulmoner dilakukan aspirasi ST dari sternum/crista iliaca dan dimasukkan dalam uji klinik pengobatan anti tuberkulosis. Hasilnya menunjukkan bahwa semua kasus yang diteliti bereaksi terhadap pengobatan anti tuberkulosis. Gambaran jangkitan penyakit adalah sebagai berikut: abdomen (20), susunan saraf pusat (19), pericard (5), limfadenopati leher (2), PUO (2), spina (1) dan milier (1). Lima puluh dua persen kasus menunjukkan BTA dalam ST (pada pewarnaan Zn), sedangkan hanya 4% kasus yang menunjukkan BTA pada cairan tubuh lain (cairan serebro spinal/pericardium/ peritoneum). Di samping itu, perubahan sitomorfologik dari ST menunjukkan terjadinya limfositosis (22%), peningkatan sel plasma (80%) dan makrofag (88%), sesuai dengan patologi infeksi yang disertai aktifitas makrofag yang berlebihan. Disimpulkan bahwa aspirasi sumsum tulang mempunyai nilai diagnostik yang definitif dan mungkin berguna apabila pemeriksaan lain belum cukup. (Med J Indones 2002; 11: 148-52)
This study was undertaken to look for evidence of acid fast bacilli (AFB) in bone marrow (BM) in patients of extrapulmonary tuberculosis. Fifty cases suspected of extrapulmonary tuberculosis underwent bone marrow aspiration from sternum/illiac crest and were put on a therapeutic trial of antituberculosis therapy. All cases taken in the study responded to the therapy. The pattern of involvement were ? abdominal (20), CNS (19), pericardial involvement (5), cervical lymphadenopathy (2), PUO (2), spinal (1) and miliary (1). 52% cases showed evidence of AFB in BM (on Ziehl Neelsen?s (ZN) staining) whereas only 4% of cases showed evidence of AFB in any other body fluid (CSF/pericardium/peritonium). Besides this, cytomorphological changes of BM showed evidence of lymphocytosis (22%), increased plasma cells (80%) and prominence of macrophages (88%), thus signifying infective pathology with macrophage overactivity. So we conclude that bone marrow aspiration has a definite diagnostic value and may prove useful when other investigations are unrewarding. (Med J Indones 2002; 11: 148-52)