Berbagai faktor yang berhubungan dengan hipotensi ortostatik, seperti umur, obat anti hipertensi, hipertensi, strok dan diabetes melitus masih diperdebatkan. Sampai saat ini belum ada data mengenai prevalensi hipotensi ortostatik di Indonesia. Sebagian besar penelitian hipotensi ortostatik yang ada di luar negeri dilakukan pada subjek berusia lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan prevalensi hipotensi ortostatik di Indonesia dan faktor prediktor terjadinya hipotensi ortostatik pada orang berusia 40 tahun ke atas di Indonesia. Empat ribu empat ratus tiga puluh enam subjek berusia 40-94 tahun didapatkan secara random dari berbagai praktek dokter di berbagai kabupaten di Indonesia. Data dikumpulkan dengan melakukan serangkaian anamnesis (riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan strok serta penggunaan obat anti hipertensi) dan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur dan duduk setelah 1-3 menit. Regresi logistik multipel dilakukan untuk mendapatkan prediktor hipotensi ortostatik yang paling bermakna. Subjek yang mengalami hipotensi ortostatik sebesar 561 subjek (12,65%). Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara riwayat diabetes melitus, riwayat strok, tekanan darah sistolik tinggi dan tekanan darah diastolik tinggi. Umur tidak berhubungan dengan hipotensi ortostatik. Hasil analisis multivariat mendapatkan tekanan darah sistolik tinggi dan tekanan darah diastolik tinggi sebagai prediktor hipotensi ortostatik. Penggunaan obat anti hipertensi merupakan faktor protektif terjadinya hipotensi ortostatik. Penelitian ini memastikan bahwa usia saja bukan merupakan prediktor terjadinya hipotensi ortostatik. Adanya komorbiditas seperti hipertensi (tekanan darah sistolik atau diastolik tinggi) merupakan prediktor terjadinya hipotensi ortostatik. Sedangkan obat anti hipertensi merupakan faktor protektif terjadinya hipotensi ortostatik. (Med J Indones 2004; 13: 180-9)
Factors associated with orthostatic hypotension such as age, drug induced hypotension, hypertension and diabetes mellitus have still been debatable. Most of previous studies were conducted in subjects 65 years or older, only a few were done in subjects from younger to older adults. The purpose of this study is to find the prevalence and predictor factors of orthostatic hypotension among adult population aged 40 years and above in Indonesia. This study is a part of Indonesian Hypertension Epidemiologic Survey. A random sample of 4436 subjects aged 40–94 years was obtained from various municipalities in every big island in Indonesia. Orthostatic testing, assesment of history of medical conditions (diabetes mellitus, stroke, and hypertension), blood pressure measurement and use of anti-hypertensive medications were performed. A stepwise logistic regression was used to determine the significant predictor of orthostatic hypotension. A total of 561 persons (12.6%) experienced orthostatic hypotension. Central a2-agonist and other centrally acting drug is the only anti hypertension medicine which influences orthostatic hypotension. Multivariate analysis showed that high systolic and diastolic blood pressures were predictor factors of orthostatic hypotension. The use of anti-hypertensive medicine was a protective factor for orthostatic hypotension. This study confirms the conclusion that age is not a predictor factor for orthostatic hypotension. In fact, the existence of comorbidities in the subjects such as hypertension (high systolic and diastolic blood pressure) is a predictor factor, while the use of anti-hypertensive medication is a protective factor. (Med J Indones 2004; 13: 180-9)