Tesis ini merupakan kajian tentang rekacipta tari tradisi Aceh yang dilakukan di lingkungan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Objek Penelitian tentang rekacipta tari tradisi Aceh berfokus pada Nurdin - Marzuki, dua orng tokoh tari Aceh yang tinggal di Jakarta dan mengajar serta mengembangkan karier sebagai seniman tari aceh di Institut Kesenian Jakarta. Untuk mengkaji bagaimana mereka berdua melakukan rekacipta terhadap tari tradisi Aceh, digunakan teori Invention of Tradition yang dikembangkan oleh Hobsbawm beserta konsep kebudayaan yang mengatakan kebudayaan sebagai ?bIueprint" atau pedoman manusia dalam bertindak dan beradaptasi dengan lingkungan untuk kepentingan hidup dan kebudayaan merupakan suatu yang diturunkan dengan proses belajar dan beberapa konsep lainnya yang berhubungan dengan tradisi, tari, rekacipta dan sistem nilai hudaya. Untuk melihat bagaimana Nurdin - Marzuki melakukan rekacipta maka digunakan metode individuals Iyfe history guna mengetahui sejauh mana Nurdin dan Marzuki melakukan rekacipta tanpa meninggalkan roh budaya Aceh.
Dalam penelitian terlihat bahwa Nurdin dan Marzuki dapat melakukan rekacipta seni tari tradisi Aceh tanpa meninggalkan niiai budaya masyarakat Aceh. Karya-karya yang telah dihasilkan oleh Nurdin dan Marzuki hingga saat ini tetap dapat dinikmati sebagai suatu tari tradisi Aceh, walaupun dalam penggarapannya Nurdin-Marzuki selalu mencoba menggabungkan beberapa unsur seni dan seni tari yang ada di Aceh Rekacipta yang dilakukan oleh Nurdin - Marzuki selain berdasarkan pada pemahaman mereka terhadap kesenian Aceh, rekacipta tersebut lahir berdasarkan pengalaman mereka selama berkesenian dan berinteraksi dengan berbagai seniman/ penata tari yang ada di IKJ.
Semangat yang besar dalam diri Nurdin-Marzuki untuk mengenalkan Aceh pada masyarakat di luar lingkungan budaya Aceh menjadi suatu motivasi tersendiri dalam pencariannya untuk mengembangkan Aceh, sehingga apa yang telah dilakukan oleh Nurdin -Marzuki dalam mencari penemuan baru tanpa meninggalkan tradisinya dapat dijadikan panutan bagi seniman Aceh lainnya. Karya-karya tari hasil rekacipta Nurdin-Marzuki dikatakan menjadi panutan, karena hingga saat ini jika orang melihat karya mereka maka karya tari itu sering dikatakan sebagai seudati, walaupun bagi Nurdin - Marzuki itu bukan lagi seudati, melainkan suatu karya tari yang berakar pada tradisi Aceh tetapi tetap memiliki nilai seudati walaupun sudah diberi tema cerita.
Keberhasilan Nurdin-Marzuki bukan hanya disebabkan faktor semangat dan keinginan untuk menampilkan sesuatu yang baru. Tetapi sebagai orang yang menyenangi inovasi dan keberadaan mereka di Institut Kesenian Jakarta dengan kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan kreativitas yang dilakukan mereka dapat berkembang dengan baik dan diterima / diakui masyarakat sebagai kesenian Aceh.