Dunia saat ini sedang menghadapi epidemi HIV/AIDS yang sangat besar jumlahnya. Di Indonesia sendiri, hingga September 2005, terdapat 4065 kasus HIV dan 4186 kasus AIDS yang dilaporkan. Data tersebut masih terrnasuk fenomaena gunung es, karena masih banyak kasus HIV/AIDS yang tidak terlaporkan/tercatat. Dilihat dari penggolongan usia penderita, maka dari sejumlah kasus di atas, 3739 kasus berada pada kelompok usia dewasa muda, yaitu 20-29 tahun. Dalam kehidupannya, penderita HIV/AIDS (Odha) harus berhadapan dengan masalah yang secara umum digolongkan menjadi tiga, yaitu: (1) menghadapi reaksi individu lain, terutama masyarakat umum sehubungan dengan stigma dan diskriminasi yang berlaku terhadap sindrom HIV/AIDS yang diderita, (2) menghadapi kemungkinan akan datangnya kematian lebih cepat, serta (3) Odha harus terus menjaga kondisi kesehatan diri mereka, baik secara fisik maupun emosional.
Masalah yang dihadapi oleh Odha tersebut merupakan stres tambahan bagi mereka, sebab dalam kehidupan sehari-hari setiap individu sudah memiliki sires yang bersumber dari dalam diri mereka sendiri, dari keluarga, dan dari lingkungan/masyarakat. Oleh sebab itu, adanya tuntutan yang bersifat internal dan eksternal tersebut membuat Odha melakukan penyesuaian dalam mengatasi stresnya. Dengan kata lain, mereka melakukan coping stress, yaitu suatu usaha yang dapat dialkukan individu dalam menghadapi situasi yang menekan dalam hidupnya. Proses coping ini temyata dipengaruhi oleh faktor internal (bersumber dari dalam diri individu) dan ekternal (bersumber dari luar diri individu). Dengan asumsi bahwa faktor internal dan eksternal akan mengalami peningkatan sejak partisipan penelitian dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS, dalam penelitian ini faktor internal yang diteliti adalah orientasi religiusitas dan health focus of control, dan faktor eksternal berupa dukungan sosial serta sumber daya nyata yang dimiliki oleh Odha partisipan.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima prang dewasa muda, dua di antaranya adalah wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Dan penelitian didapatkan hasil yang menyatakan bahwa stressor yang paling dominan pada Odha adalah yang bersumber dari dalam diri mereka sendiri, antara lain diagnosis yang menyatakan bahwa partisipan terinfeksi HIV/AIDS. Walaupun kelima partisipan menggunakan kedua jenis strategi coping stress, namun partisipan laid-laid dalam penelitian ini cenderung untuk menggunakan strategi coping yang berpusat pada emosi (emotion focused coping), sementara partisipan perempuan cenderung menggunakan strategi coping yang berpusat pada masalah (problem focused coping). Faktor internal dan eksternal memiliki peranan dalam pemilihan strategi coping pada setiap partisipan. Ketika masalah yang dihadapi tidak terselesaikan sesuai dengan keinginan dan harapan masing-masing partisipan, mereka akan berusaha mencari penyelesaian dengan cara yang lain, yaitu mengubah strategi pola coping yang digunakan. Hal ini terus berlanjut sampai masalah yang dihadapi oleh masing-masing partisipan dapat terselesaikan.
Terdapat perbedaan dalam pemilihan strategi coping stress yang dikembangkan oleh Odha perempuan dan Odha laid-laki sebagai partisipan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan studi perbandingan antara Odha perempuan dan Odha laki-laki.