Tesis ini berusaha menjelaskan tentang tradisi pemikiran hubungan internasional (HI) modern (teori modern di HI) dan alternatif pascakolonialisme. Tradisi pemikiran HI modern ini berisi tentang struktur pemikiran Barat yang dirajut oleh jaringan footnote ilmuwan, filsuf, praktisi HI dari tradisi pemikiran idealisme, realisme, saintismeistrukturalismeirasionalisme dan beberapa tradisi kritis yang mereformulasi atau merekonstruksi tradisi HI modern agar lebih sempurna lagi. Sedangkan alternatif pascakolonialisme adalah studi baru yang berusaha dicangkokkan ke dalam HI sebagai pilihan inspiratif akar tradisi pemikiran Hubungan Internasional Indonesianis.
Pernyataan tesis ini berbunyi: Tradisi pemikiran HI modern merupakan bentuk kolonialisasi (baca: penguasaan) wacana Barat terhadap ontologi realitas epistemologilmetodologi dan aksiologi non-Barat, sehingga studi hubungan internasional perlu merepresentasikan small narrative (narasi keciil}: wacana indigenous people atau komunitas lokai untuk merayakan keberagaman wacana di dunia internasional. Atas dasar ini, maka rangkaian argumentasinya sebagai berikut: pet-lama, wacana tradisi pemikiran HI modern hanya sebuah will to power/knowledge: bentuk kuasa/pengetahuan wilayah spasial Barat dalam menguasai realitas politik internasional atau politik dunia. Kedua, jika dilacak genealogi dan formasi diskursifnya, klaim-klaim melanarrative seperti universalisme, kebenaran tunggal, kemutlakan tradisi pemikiran rasionalisme dan metodologilepistemologi yang integral-tunggal merupakan partikularisme tradisi pemikiran Barat. Sifat partikularisme ini bisa dilacak melalui konsistensi tradisi pemikiran mereka dalam menegakkan tradisi pagan Yunani Kuno, khususnya tradisi pemikiran Hellenisme. Keliga, jika memang tradisi pemikiran HI modern itu partikular, maka klaim-klaim metanarrative pun secara logis menjadi smalinarrative, sehingga wacana metanarrative lainnya dalam bentuk wacana komunitas lokal bisa disuarakan dan direpresentasikan.
Dalam konteks di atas, altematif studi pascakolonialisme bisa mencairkan kebuntuan ini dengan memperlihatkan fenomena terbungkam dan terkuburnya tradisi pemikiran tertentu: wacana saminisme adalah salah satu dari sekian banyak formasi diskursif unik yang semakin tertindas, terpinggirkan, termarginalisasikan, bahkan sampai terbungkam dan terkubur, sehingga tests ini berusaha menyuarakan dan merepresentasikan suara-suara bungkam itu. Representasi ini bisa menjadi titik tolak tradisi pemikiran HI Indonesia untuk berkembang menuju ke akar tradisinya sendiri sebagai titik tolaknya. Tesis ditulis dengan berkomitmen penuh terhadap egalitarianisme dan keberagaman wacana, keadilan sosial bagi umat manusia (human race), kemanusiaan yang beradab, dan kepercayaan atas wacana tradisi pemikiran (filosofis) yang bersuara alas nama eksistensi dan representasi diri sebagai wahana wacana dan nilai-nilai indigenous world atau local community world. Hal ini adalah keharusan bagi kesadaran seluruh bagian dari keutuhan manusia di dunia yang bertumpu pada diri manusianya sendiri untuk bertanggung jawab melindung dan mengangkat derajat dan harga diri mentalitas, budaya, pengetahuan, perbedaan ekologis dan biologis bangsa setiap bangsa, khususnya bangsa kita (Indonesia) yang beragam-Bhinneka Tunggal Ika, sebagai bagian dari kontingensi tatanan dunia internasional untuk keberlangsungan hidup kita dan anak cucu kita.