Apa yang tergambar dalam benak kita ketika mendengar kata "orang Dayak"? Daun telinga yang panjang, tato, perburuan kepala manusia atau mengayau, rumah panjang, ukiran, tarian yang memakai bulu burung enggang, perisai, mandau? Bisa saja semuanya benar. Namun demikian apakah semua orang Dayak di masa sekarang ini benar-benar hadir persis seperti yang telah tergambar dalam benak kita seperti itu? Tesis ini akan mengungkapkan tentang persoalan rekonstruksi identitas lokal oleh orang Dayak dari generasi yang lebih muda atau mereka yang berusia remaja. Rekonstruksi identitas ini dapat dilihat melalui aktivitas kesenian tradisional yang mereka lakukan sampai hari ini.
Masalah rekonstruksi identitas Dayak melalui aktivitas kesenian tradisional ini ternyata bukan merupakan sebuah konsep sederhana, sebuah aktivitas yang ingin membangun kembali suatu konstruksi identitas masyarakat asli yang pernah ada di masa lampau. Ketika identitas tersebut direkonstruksi dan dihadirkan pada hari ini, tampaknya apa yang dilihat tidak sama dengan apa yang telah tergambarkan dalam benak kita ketika membayangkan orang Dayak. Perubahan-perubahan terjadi selama proses rekonstruksi identitas berlangsung. Dengan demikian isue identitas Dayak bukanlah sesuatu yang statis, ia seperti pendulum, bergerak dinamis dan bersentuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai kepentingan di sekitarnya.
Melalui pelajaran Kesenian Daerah di SMPN 1 Malinau Selatan ini, sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan memiliki peran dan kekuasaan dalam merekonstruksi sekaligus mereproduksi identitas lokal siswanya sebagai remaja Dayak Kenyan Uma Lung hari Mi. Nilai-nilai dan pengetahuan lokal masyarakat setempat yang ditransfer dalam bentuk formal melalui sebuah sistem pendidikan menunjukkan adanya proses interaksional dialogis antara masyarakat dan sekolah dalam membentuk identitas lokal mereka sesuai dengan gambaran ideal komunitas masyarakatnya. Sementara di sisi yang lain siswa SMP secara radar jugs turut membentuk identitas mereka sendiri menurut cara dan gayanya sendiri, sebagai bagian dari remaja lain pada umumnya. Dengan demikian identitas Dayak yang direpresentasikan melalui aktivitas kesenian tradisional oleh remaja Dayak Kenyah Uma Lung desa Setulang pada masa kini merupakan hasil dari strategi, negosiasi dan adaptasi yang dilakukan, baik oleh sekolah, siswa dan masyarakat di mana mereka berada.