Krisis ekonomi Indonesia yang diawali tahun 1997 membawa dampak yang sangat kompleks terhadap struktur perekonomian secara keseluruhan dimana seluruh variabel makro baik sektor riil maupun sektor moneter terkena imbas dari krisis tersebut. Salah satu komponen yang mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia adalah bagaimana kinerja perdagangan luar negeri Indonesia khususnya dari sisi ekspor, artinya untuk kedepannya harus terlebih dahulu ditentukan komoditas ekspor mana yang memang memiliki kinerja yang baik sehingga untuk perencanaan ke depart dapat lebih ditingkatkan atau bagi komoditas yang kinerjanya buruk dapat diperbaiki dikemudian hari. Dengan pertimbangan kontribusi ekspor non migas yang sudah melebihi ekspor non migas dan karakteristik dari tenaga kerja Indonesia'yang jumlahnya relatif banyak maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifrkasikan kinerja ekspor manufaktur padat karya Indonesia menjelang dan pada masa krisis ekonomi untuk periode 1993-1998.
Penelitian ini menggunakan alat analisis Constant Market Share (CMS), Revealed Competitive Advantage (RCA), Trade Specialization Ratio (TSR) dan Market Concentration (MC) dan komoditas manufaktur padat karya yang dipilih sebanyak 15 jenis komoditas yaitu SITC 54, 55, 664, 665, 666, 695, 696, 697, 81, 82, 83, 84, 85 dan 89.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ekspor manufaktur padat karya Indonesia sangat rentan terhadap perubahan-perubahan atau faktor-faktor yang sifatnya ekternal. Ini disebabkan komponen yang mempengaruhi perubahan ekspor manufaktur padat karya Indonesia adalah efek pertumbuhan dunia dan efek distribusi pasar sedangkan efek komposisi komoditas dan efek daya saing masih bersifat lemah. Analisis untuk setiap jenis komoditas mcnunjukkan bahwa dari 15 komoditas yang diamati hanya komoditas SITC 65,697,82,84 dan 85 yang memiliki kinerja baik dalam anti daya saing (RCA)nya kuat dan poly perdagangannya sudah memasuki tahapan perluasan ekspor dan pematangan. Krisis ekonomi menyebabkan hanya komoditas SITC 65, 85 yang mampu mempertahankan daya saingnya sementara yang lainnya mengalami penurunan daya saing. Jika dilihat dari konsentrasi pasar ternyata seluruh komoditas manufaktur padat karya yang diamati tidak terpusat ke satu negara melainkan menyebar seperti ditunjukkan dengan angka konsentrasi pasar (KP) yang menjauhi angka 1.