Diagnosis dan tatalaksana batuk kronik berulang (BKB) pada anak masih menjadi masalah karena etiologinya yang beragam. Selain anamnesis dan pemeriksaan finis yang seksama, upaya untuk tatalaksana BKB yang baik memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang tergantung dari indikasinya. Salah satu pemeriksaan penunjang pada BKB adalah uji provokasi bronkus yang dapat membuktikan adanya hiperreresponsivitas bronkus (HRB). Stimulus bronkospasmogenik dapat berupa zat farmakologis maupun nonfarmakologis. Golongan zat farmakologis yang sering dipakai adalah histamin dan metakolin sedangkan zat nonfarmakologis diantaranya adalah salin hipertonik (SH) 4,5 %.
Histamin dan melakolin adalah baku emas uji provokasi bronkus dianggap cukup balk untuk membedakan subjek asma dan normaL Sensitivitas dan spesifisitasnya sebesar 92-100% dan 92-93%, NDP 29-92%, NDN 92-100%. Dari beberapa penelitian diketahui pula bahwa derajat HRB oleh histamin sesuai dengan derajat asmanya, makin berat asma maka HRB terhadap histamin akin sema kin berat. Namun akhir-akhir ini histamin harganya mahal dan sulit ditemukan di Indonesia karena harus diimport dari luar negeri. Oleh karena itu saat ini dicari alternatif uji provokasi bronkus yang derajat akurasinya setara dengan histamin.
Salin hipertonik 4,5% mulai dikenalkan secara luas sejak tahun 1980 terutama di Australia. Zat ini dapat dibuat di laboratorium obat sederhana dari kristal NaCl. Harganya murah dan cara membuatnya pun mudah. Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan nilai spesifisitasriya berkisar antara 92-100% namun sensitivitasnya flushing dari sakit kepala sedangkan salin hipertonik dapat menyebabkan iritasi tengorokan. Nilai reprodusibiiitas kedua uji provokasi terbukti cukup baik.
Prevalensi asma pada BKB cukup tinggi berkisar antara 40-6d%. Uji provokasi bronkus yang dilakukan pada pasien BKB tujuannya adalah untuk memastikan diagnosis asma bukan untuk skiring karena biasanya pasien yang berkunjung ke Poliklinik RSCM sudah berobat ketempat lain sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan uji diagnosis yang sensitif untuk menegakkan diagnosis dan menentukan tata]aksana yang optimal. Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu seberapa baik kemampuan SH 4,5% untuk mendiagnosis asma pada anak dengan batuk kronik berulang.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum
Membuktikan bahwa uji provokasi SH 4,5% dapat mengantikan uji provokasi his tamin sebagai uji diagnostik altematif asma pada pasien BKB.
Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik pasien BKB yang dilakukan uji provokasi.
2. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, rasio kernungkinan negatif dari uji provokasi SH 4,5%.