Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial pada jaringan berkeratin, misalnya kulit, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh dermatofita. Secara garis besar, dermatofita dapat digolongkan ke dalam 3 genus, yaitu Trichophyton (7), Microsporum (M), dan Epidermophyton (E). Berdasarkan habitat primernya, dermatofita dibagi atas spesies yang bersifat antropofilik, zoofilik, dan geofilik. Pengetahuan mengenai jenis habitat tersebut dapat digunakan untuk melacak sumber penularan dermatofitosis.
Laporan marbiditas divisi Mikologi, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI 1 Perjan RSCM), Jakarta antara Januari 1999 dan Desember 2003 menunjukkan jumlah pasien dermatofitosis sebesar 53,53 % dari total 7170 orang pasien baru yang berobat ke poliklinik divisi Mikologi. Tinea kruris danlatau korporis mencakup 92,4% dari seluruh pasien baru dermatofitosis.
Dermatofitosis dapat bersifat kronis residif dan dipengaruhi oleh faktor pejamu, agen, dan lingkungan. Faktor pejamu yang berperan antara lain keringat berlebihan, pakaian oklusif, diabetes melitus, sindrom Cushing, dan kondisi imunokompromais.
Spesies penyebab terjadinya kronisitas dan rekurensi tersering adalah T. rubrum. Trichophyton rubrum bersifat antropofilik sehingga kurang memicu respons peradangan pada pejamu dengan akibat infeksi menjadi kronis. Foster, dkk. melakukan survei epidemiologi infeksi jamur kulit di Amerika Serikat dari tahun 1999 sampai dengan 2002 dan menemukan bahwa T. rubrum merupakan jamur patogen utama penyebab tinea kruris dan/atau korporis.