Pemerintah melalui Departemen Sosial telah berupaya dan mencari solusi terhadap permasalahan Pelaku Seks Bayaran (PSB) dengan memberikan pelayanan program rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya Pasar Rebo, Jakarta Timur. Salah satu programnya adalah Bimbingan Keterampilan Usaha (BKU).
Menyikapi uraian tersebut diatas, penulis berusaha untuk melihat upaya yang dilakukan PSKW dalam melaksanakan program Bimbingan Keterampilan Usaha serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menggambarkan pelaksanaan program BKU di PSKW Mulya Jaya dan untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program BKU di PSKW.
Kerangka pemikiran pelaksanaan program Bimbingan Keterampilan Usaha di PSKW yang dibahas dalam tesis ini adalah permasalahan PSKW dan Bimbingan Keterampilan Usaha. Selanjutnya dikupas keberadaan Panti sosial sebagai organisasi pelayanan rehabilitasi sosial dan Bimbingan Keterampilan Usaha sebagai salah satu programnya. Keberadaan PSKW tidak bisa dilepaskan dari permasalahan dalam menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu pada bagian akhir kerangka pemikiran selanjutnya diuraikan tentang faktor penghambat dan pendukung Bimbingan Keterampilan Usaha.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menghasilkan informasi-informasi tentang pelaksanaan program. Metoda Penelitian ini menggunakan aiur pelayanan yang selanjutnya diterjemahkan sebagai langkah kegiatan yang ada di PSKW. Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan program digunakan kriteria keberhasilan program melalui upaya yang sederhana sebagaimana ketentuan peraturan yang berlaku. Informan penelitian ini adalah pejabat struktural, pekerja sosial dan instruktur sebagai pelaksana dan pihak yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan. Sedangkan pada hasil pelaksanaan program Bimbingan Keterampilan Usaha di PSKW selain kepada klien, informan utama adalah enam orang mantan klien yang sedang dalam proses rehabilitasi dan telah selesai mendapatkan Bimbingan Keterampilan Usaha di PSKW dan masing-masing mewakili jurusan keterampilan salon, menjahit (high speed, bordir) dan olahan panganlmasak.
Analisis hasil penelitian pada kondisi sumber daya PSKW menunjukkan bahwa aspek raw material seperti ruang, alat-alat dan bahan pelatihan keterampilan serta pola dan sistem pengajaran sesuai dengan -kriteria ideal yang ditetapkan sebagai suatu standar sebuah program pelatihan. Sedangkan yang tidak sesuai adalah tenaga instruktur, kriteria calon klien, kurikulum dan buku panduan, alat peraga serta target pelatihan. Sementara untuk menilai hasil pelaksanaan program bimbingan keterampilan usaha di PSKW, Iangkah yang dilakukan adalah membedah apa yang menjadi tujuan pelatihan itu sendiri. Pada aspek pertama yaitu jumlah lulusan, pengurangan klien yang selesai atau lulus dad Panti, Aspek kedua tentang tingkat pemahaman klien terhadap materi menujukkan, bahwa tidak seluruh materi dapat dimengerti namun sebagian besar Mien mengaku dapat dipahami. Aspek ketiga yang membahas keberhasilan klien (pekerjaan), klien yang bekerja sesuai dengan BKU yang diikuti dan ada juga yang tidak. Namun demikian bagi klien yang belum dapat bekerja menganggap bahwa bukan berarti pelatihan yang diikutinya menjadi sia-sia. Mereka tetap memperoleh pengaruh lain, yaitu berupa manfaat seperti sadar akan perbuatan yang pemah dilakukan, memiliki motivasi hidup yang tinggi, dan terus berupaya memperbaiki pola hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu keberadaan instruktur disatu sisi merupakan faktor pendukung, namun sekaligus menjadi faktor penghambat karena tidak memiliki kemampuan profesional dan pengalaman mengikuti diktat yang berkaitan dengan bidang tugas mengajar. Faktor pendukung Iainnya adalah sarana prasarana yang memadai seperti adanya cottages system dan tersedianya anggaran rutin/tetap dari pernerintah. Sedangkan faktor penghambat adalah karakteristik klien yang memiliki tingkat pendidikan beragam, juga keberadaan alat keterampilan yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu pengadaan bahan pelatihan yang seriing terlambat atau tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan oleh instruktur.
Penelitian ini memberikan beberapa saran yang perlu dilakukan oleh pelaksana di PSKW. Saran berkaitan dengan temuan faktor penghambat yang diuraikan sebelumnya, yaitu perlu memberi kesempatan kepada instruktur untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya perlu disusun sebuah kurikulum yang baku, memperketat persyaratan calon klien, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, meningkatkan honor instrktur dan menciptakan transparansi anggaran dalam kaitan dengan penyediaan alat dan bahan keterampilan.