Aspek market microstructure di bursa saham merupakan aspek yang banyak dibicarakan, telah diteliti namun masih banyak yang dapat diteliti Iebih lanjut. Apa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah bagaimana memetakan perilaku investor dalam hal melakukan transaksi jual atau beli dengan sejumlah variabel-variabel informasi yang ada di layar trading BEJ. Hipotesa-hipotesa yang disusun berasal dari penelitian-penelitian market microstructure Lo & MacKiniay (1992) yang menggunakan model ordered probit dan kemudian dimodelkan kembali oleh Purwanto (2001) dengan menggunakan model ordered logit yang menggunakan data intraday. Jika periode penelitian diubah menjadi harian atau adanya efek agregasi maka kekonsistenan hipotesa-hipotesa dari penelitian terakhir kembali diuji.
Dari penelitian didapatkan temuan bahwa informasi di layar trading berupa volume bukan merupakan prediktor yang baik untuk menjelaskan perilaku investor, ini mendukung temuan Juh Lin et al. (1998). Frekuensi digunakan sebagai variabel penjelas bagi model market microstructure dengan menggunakan data harian.
Secara ekonomi, model penelitian ini sederhana karena tidak menggunakan data yang diambil langsung dari layar BEJ, melainkan berupa data harian yang teragregasi. Namun penyederhanaan ini mengandung trade off berupa ketidakakuratan data, seperti tidak terpetakannya transaksi di dalam pasar modal sehingga volume tidak bisa digunakan, dan hasil uji beberapa variabel penjelas menunjukkan hasil yang berbeda tanda dengan hipotesa awal.
Walaupun demikian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 saham unggulan yang diteliti, return indeks saham gabungan atau JSXCR merupakan informasi yang mempengaruhi keputusan jual atau beli investor, sehingga merupakan variabel penting dalam model market microstructure.