UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Pengukuran pengetahuan sikap dan kepedulian siswa SMA pada lingkungan hidup :Studi ksus: Perbedaan pestasi blajar antara siswa SMA yang mengikuti Pramuka dengan siswa SMA yang tidak mengikuti Pramuka pada tiga SMA di Kota Bekasi

Rita Dewi; Retno Soetarjono, supervisor; Setyo Sarwanto Moersidik, supervisor; Sulistyoweni Widanarko, examiner; Suyud Warno Utomo, examiner; E.J.M. Damona Kwintatmi Poespawardaja, examiner (Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007)

 Abstrak

Pendidikan lingkungan hidup adalah bagian dari isu lingkungan global setelah Konferensi Stockholm tahun 1972. Perhatian dunia pada masalah lingkungan menuntut adanya program pendidikan lingkungan hidup di setiap negara di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan adalah masalah seluruh manusia di dunia. Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan mentalitas masyarakat terutama generasi muda dalam rangka melestarikan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Kepramukaan adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler di luar sekolah yang dapat menjadi media pendidikan lingkungan hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan kepedulian siswa SMA pada lingkungan hidup antara siswa SMA yang mengikuti pramuka dan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
Hipotesis penelitian adalah: Siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi dari pada siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka dalam hal pengetahuan lingkungan hidup. sikap dan kepedulian pada lingkungan hidup.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan metode survai. Penelitian dilakukan di SMA 1 Bekasi, SMA PGRI 1 Bekasi dan SMA KORPR1 Bekasi. Jumlah sampel 84 orang siswa terdiri atas 42 siswa yang mengikuti pramuka dan 42 siswa yang tidak mengikuti pramuka, yang diambil dari tiga sekolah sampel. Pemilihan sampel dilakukan secara multi stage sample. Penelitian dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran 2006/2007.
Hasil Pembahasan penelitian adalah:
a. Rata-rata skor pengetahuan lingkungan hidup siswa SMA yang mengikuti pramuka 22,57 dan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka 20.76.
b. Rata-rata skor sikap siswa SMA yang mengikuti pramuka pada lingkungan hidup 103,86 dan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka 100.40.
c. Rata-rata skor kepedulian siswa SMA yang mengikuti pramuka pada lingkungan hidup 103 dan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka 99,79.
Hasil pengujian hipotesis dengan analisis varians:
a. Variabel pengetahuan lingkungan hidup: nilai F hitung untuk sumber varians antar kolom adalah 6,819, nilai ini lebih besar dari F-tabel pada taraf signifikansi a = 0.05 adalah 3,96. Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor pengetahuan lingkungan hidup lebih tinggi dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
b. Variabel sikap pada lingkungan hidup: nilai F.,;t.g untuk sumber varians antara kolom adalah 8,22, nilai ini lebih besar dari F-tabel pada taraf signifikansi a = 0.05 adalah 3,96. Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor sikap pada lingkungan hidup lebih besar dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
c. Variabel kepedulian pada lingkungan hidup: nilai F-hitung untuk sumber varians antar kolom adalah 3,99, nilai ini lebih besar dari F-tabel pada taraf signifikansi a = 0.05 adalah 3,96. Ho ditolak dan HI diterima. Artinya siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor kepedulian pada lingkungan hidup lebih besar dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor pengetahuan lingkungan hidup lebih tinggi dari pada siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
2. Siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor sikap pada lingkungan hidup cenderung ke arah positif dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
3. Siswa SMA yang mengikuti pramuka memiliki rata-rata skor kepedulian pada lingkungan hidup Iebih besar dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti pramuka.
Saran:
1. Perlu adanya kesepakatan bersama antara lembaga yang terkait untuk mewujudkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan kepramukaan.
2. Kwartir Gerakan Pramuka dalam hal ini Kwarting Ranting Gerakan Pramuka harus lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas penbina pramuka yang ada di gugus rantingnya.
3. Pihak pimpinan sekolah hendaknya ikut Berta mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan kepramukaan di sekolahnya.
4. Mencari alternatif bentuk-bentuk kegiatan kepramukaan yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga lebih menarik minat siswa untuk menjadi anggota pramuka.

Environmental education is part of global environmental issues the world is dealing with following the 1972 Stockholm Conference. The world's interest in these issues requires a sound education on the environment in every nation worldwide.. It shows that ecological problems are problems faced by all human kind. Environmental education represents an effort to change the attitude and mentality of the people, particularly young generations, for the sake of sustainable environmental protection. Learning about the environment in Indonesia is carried out through both formal and informal educational systems. Scouting is one of many extracurricular activities that can be used as a medium for environmental education.
This research aims at identifying differences in high-school students who are Pramuka members and non-members with regard to their knowledge of, attitude toward and concern about the environment.
The research hypothesis: high-school students who were members of the scout association (Pramuka) had higher average scores than non-members with regard to their knowledge of, attitude toward and concern about the environment.
The descriptive research was conducted in the first semester of the 2006/2007 academic year using the survey method at SMA 1 Bekasi, SMA PGRI 1 Bekasi and SMA Korpri Bekasi. There were 84 respondents, consist of 42 High-School Students who are Members of Scout and 42 High-School Students Non-Members of Scout from the 3 surveyed high-schools. Samples were Multy Stage Sample selected.
Research results were as follows:
a. Regarding environmental knowledge, the average score of high-school students who were Pramuka members was 22.57 and of those who were non-members was 20.76.
b. Regarding attitude toward the environment, the average score of high-school students who were Pramuka members was 103.86 and of those who were non-members was 100.40.
c. Regarding concern about the environment, the average score of high-school students who were Pramuka members was 103 and of those who were non-members was 99.79.
Analysis of variants for the hypothesis testing came up with the following results:
a. Knowledge-about-the-environment variables: Fcomputed for inter-column variants was 6.819 which was greater than F table at a significance rate of a 0.05, which was 3.96. Ho was rejected and Hi was accepted, meaning that students who were Pramuka members had a score of environmental knowledge higher than that of non-member students.
b. Attitude-toward-the-environment variables: Fcomputed for inter-column variants was 9.22 which was greater than F table at a significance rate of a = 0.05, which was 3.96. Ho was rejected and Hi was accepted, meaning that students who were Pramuka members had a score of environmental attitude higher than that of non-member students.
c. Concern-about-the-environment variables: Fcomputed for inter-column variants was 3.99 which was greater than F table at a significance rate of a = 0.05, which was 3.96. Ho was rejected and Hi was accepted, meaning that students who were Pramuka members had a score of environmental concern higher than that of non-member students.
The following conclusions were drawn the research:
1. High-school students who took part in scouting activities had higher environmental knowledge scores than those who were not members of the scout association.
2. High-school students who took part in scouting activities had higher environmental attitude scores than those who were not members of the scout association.
3. High-school students who took part in scouting activities had higher environmental concern scores than those who were not members of the scout association.
Suggestion:
1. It is necessary that there is a mutual agreement among the related instances to materialize environmental education through Boy Scouts activities.
2. National Scouts Movement Council and its local branches must increase the quality dan quantity of the trainers for the Boy Scouts in their branches.
3. School principles must also contribute to optimize the practice of Boy Scouts activities in their school.
4. It is necessary to find alternative forms of activities that are attractive and fun, so that will draw interest of the students to join the Scouts Movement.

 File Digital: 1

Shelf
 Pengukuran pengetahuan-TOC (T 20845).pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T20845
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xv, 103 pages : illustration ; 29 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T20845 15-19-241902167 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 110159
Cover