Strategi bisnis merupakan suatu sarana yang dapat membawa suatu perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitifnya. Keungguian kompetitif merupakan syaral bagi perusahaan untuk berada dalam posisi kompetitif yang diinginkan sehingga dapat mcmpcrtahankan kinerja profitabiltas perusahaan dan menjaga kesinainbungan hidup perusahaan. Dalam industri yang sangat kompetitif, fragmented dan rentan tcrhadap kondisi makro, seperti Industri farmasi, untuk tampil kompetilif setiap perusahan dituntut untuk terus mengembangkan strategi bisnisnya sehingga dapal Iebih inovatif dan cfisien. Selain itu juga pemilihan kelompok strategis yang tepat dan antipasi terhadap perubahan lingkungan induslri yang terjadi merupakan hal yang akan mempenganihi kinerja dari perusahaan dalam lingkungan kompetitifnya.
Studi Karya Akhir ini berangkat dari aktifitas merger yang dilakukan oleh perusahaan farmasi lokal yang masih dalam satu grup yailu PT. Kalbe Farma, Tbk, PT. Dankos Laboratories. Tbk dan PT. Enscval. Bertolak dari kekurangstabilan makro ekonomi, perubahan lingkungan industri yang terjadi dan ambisi perusahaan untuk tampil global, ketiga perusahaan dalam satu induk ini melakukan aktivitas merger sehagai upaya untuk memadukan kekuatan ketiga perusahaan. Diharapkan dengan langkah tersebut dapat diciptakan suatu sinergi diantaranya sehingga perusahan dapat tampil lebih efisien, mempunyai kapitalisasi pasar yang lebih besar. dan lebih transparan.
Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis aktifitas merger yang dilakukan oleh ketiga perusahaan. Analisis ditekankan pada kenyataan bahwa aklifitas merger yang dilakukan merupakan langkah stralegis perusahaan dalam meningkatkan nilai dari perusahaan yang akhirnya dapat memberikan keunggulan kompetitif baik bagi perusahaan sendiri ataupun stake holder lainnya.
Analisis dilakukan dengan memahami keadaan yang melatarbelakangi terjadinya aktifilas merger ini, yaitu berupa analisis lingkungan external dan industri. Selanjutnya akan dianalisis seberapa jauh lingkungan farmasi ini masih mempunyai daya tarik bisnis yang menjanjikan dan bagaimana posisi kompetitif perusahaan dalam industri.
Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa industri farmasi Indonesia masih memiliki daya tarik yang menjanjikan bagi para pemain didalamnya. Potensi penduduk yang besar dan belum sepenuhnya digarap merupakan peluang terjadinya pertumbuhan industri yang menjanjikan.
Kendala yang umum yang terjadi, seperli tingginya ketergantungan terhadap bahan baku dan rendahnya utilisasi fasilitas produksi, menyebabkan para pemainnya relatif kurang kompetitif. Tantangan persaingan yang lebih global merupakan ancaman bagi para pemain yang tidak efisien dan tidak inovatif. Sehingga untuk menghadapi itu, perusahaan dalam industri ini liarus berbenah diri dengan meningkatkan efisiensi dan inovasinya.
Ambisi Kalbe untuk tetap menjadi yang terdepan di dalam negeri dan memperluas wilayah ekspansi ke tingkat regional merupakan pondasi dasar dari perumusan slrategi perusahaan kedepan. Dengan melihat kondisi lingkungan ekstemal industri, lingkungan industri dan posisi kompetitif pcrusahaaan, Kalbe mengambil langkah stralegis dengan melakukan aktifilas merger internal.
Perusahaan hasil penggabungan diharapkan dapat menjadi kendaraan mama yang dapat membawa Kalbe menjadi perusahaan yang lebih kompetitif. Selanjutnya adalah bagaimana perusahaan hasil penggabungan tersebut dapat menghasilkan sinergi yang diharapkan. Potensi sinergi yang ada berupa pemakaian umber daya bersama, posisi tawar yang kuat kepada pemasok, pengurangan duplikasi aktivitas dan integrasi proses usaha. Terealisasinya sinergi tersebut akan memberikan amunisi baru bagi Kalbe untuk melangkah lebih jauh dalam persaingan yang lebih global.
Sejauh ini, aktifitas merger yang dilakukan oleh Kalbe memberikan dampak yang positif bagi kinerja perusahaan dan pemegang saham. Hal ini dicerminkan dengan bertambahnya nilai perusahaan pasca merger dan tcrbentuknya struktur organisasi yang lebih ramping dan kompak ditingkat top cksekutifnya. Walaupun begitu, efisicnsi operasional yang diharapkan belum terlihal pada kwartal I dan kwartal II lahun 2006 yang tcrcermin dari laporan keuangan periode tersebut.
Hasil perhitungan valuasi memperlihatkan, nilai saham wajar Kalbe pasca merger sebesar Rp. 1.338/saham. Dari hasil perhitungan ini dapat dikatakan bahwa harga saham Kalbe di bursa saham yang berkisar Rp. 1140 - Rp. 1180 untuk periode bulan Juni-Agustus 2006, berada pada posisi undervalued. Hat ini dimungkinkan karena pasar beluin melihat adanya peningkatan kinerja operasional setelah aktifitas berlangsung dalam periode kwarlal I dan II tahun 2006 sebagaimana telah diperhitungkan dalam perhitungan valuasinya. Akan tetapi walaupun posisi saham dalam keadaan undervalued saat ini, secara keseluruhan aktifitas merger dapat dikatakan meningkatkan nilai dari perusahaan yang diperlihatkan dari nilai perusahaan sebelum dan sesudah merger.
Business strategy plays a role of the company competitive advantage achievement. Having a unique competitive could maintain the sustainability of a company particularly when the industry environment is very competitive, fragmented and unstable due to the changes of the macro economic condition. In such industry environment, i.e. pharmacy industry, the incumbents in this industry must present themselves more competitive for time to time, always maintain their competitive advantage from other competitor and develop continuously their business strategy for being innovative and efficient.
PT. Kalbe Parma, Tbk, PT. Dankos Laboratories, Tbk and PT. Enseval carried out this internal merger activity as a respond to instability of Indonesia macro economic condition, the changes of the industry environment and the company's ambition. as a group, for their existence in global market competition. By doing this, the merging company would enjoy the synergy and efficiency: improve market capitalization and transparency to their stake holder.
The objective of this study is to analyze the merger activity of the mention company. The analysis will focus on how the merger activity as a business strategy could improve the value of the firm. The improvement of the value of the firm could offer the competitive advantage for the company and for other stake holder.
The analysis of the industry environment shows that Pharmacy industry in Indonesia is remaining attractive and promising. Despite of the huge population for the market, the market growth for health improvement is other factor for the high industry growth in the future.
The main constraint of pharmacy industry in Indonesia such as high dependency of the import raw material and low utilization of production facility, leads the players in the industry become less competitive. The future challenge of the global competition requires each player to be more efficient and innovative.
Kalbe's ambition for being the key player in Indonesia and broader their market existence in regional is a means for defining the business strategy. Internal merger activity has been chosen as a Kalbc business strategy after observing external environment condition and their current competitive position.
The merging company function as a main vehicle for Kalbe to be more competitive and enjoy the synergy from this activity. Share the resources, elimination of the duplicate function and integration production process amongst the merging company are the components for having synergy. Realizing this synergy, Kalbe could improve their competitive advantage for another step forward to global competition.
Kalbe gains the positive impact from this internal merger activity in term of the company performance and give benefit to stock holder. This positive impact reflects by the increased value of the firm and efficiency in top management level position. However, the efficiency in operating activity have not been reflected and achieved yet as per financial statement for quarter 1 and II year 2006.
Valuation of the merging company presents that the intrinsic value of Kalbe's share after merger is about Rp_ 1338/ share, while the current market share is about Rp 1140 - Rp. 1180 for month June-August 2006. From this data, it could be concluded that Kalbe's share for the mentioned period is undervalued than its intrinsic value. This condition could be explained as current response from market since Kalbe have not improved yet their operating activity after merger for quarter l and Ill 2006. Despite of this undervalued condition, in general, the merger activity has improved the value of the farm of Kalbe which reflect from Kalbe's value of the firm after merger activity.