Tumor sekitar mata dan struktur yang berdekatan sering memerlukan pembuangan bulbus okuli (enukleasi) atau seluruh isi orbita (eksenterasi). Pembedahan dan radioterapi juga memiliki konsekuensi mutilasi pada orbits. Tidak adanya mata dan disharmoni wajah merupakan kecacatan psikis dan fisik bagi pasien. Tujuan mendasar semua prosedur rekonstruksi daerah periorbita adalah untuk memperbaiki hubungan fungsional antara orbita, bulbus okuli dan palpebra, serta untuk meyakinkan proteksi mata dan preservasi penglihatan. Penghargaan struktur anatomi dan fungsi palpebra sangat membantu dalam sebuah rekonstruksi.
Kemampuan untuk rekonstruksi defek yang kompleks pascaablasi kanker kepala dan leher telah berubah secara signifikan sejak kemajuan tehnik bedah mikro. Flap bebas memberi kesempatan pada ahli bedah untuk memindahkan berbagai jaringan yang berbeda pada semua lokasi di wajah dengan angka kesuksesan yang sangat tinggi.
Usaha-usaha untuk merekonstruksi palpebra yang berfungsi dengan dimasukkannya prostesis telah memerlihatkan hasil yang buruk sehingga dianjurkan menggunakan patch, kacamata hitam dan prostesis eksternal yang direkatkan (cosmetic patch) daripada melakukan rekonstruksi.
Rekonstruksi anophialmic orbit merupakan sesuatu yang kompleks, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang anatomi orbita, dikombinasi dengan tehnik bedah khusus. Rencana penatalaksanaannya menggambarkan ruang dan waktu, dan secara berhati-hati diadaptasikan pada pasien anophtalmic yang memiliki kondisi psikis yang
rapuh dan berubah-ubah. Rekonstruksi anophtalmic orbit mengikuti sekuens yang mengharuskan pasien berkonsultasi ke ahli-ahli onkologi, radiologi, ophtalmologi dan psikologi. Rencana pembedahan yang akan dilakukan didisain dengan computed tomography scans serta foto premorbid dan saat ini, dan keinginan pasien dipertimbangkan secara hati-hati oleh tim multidisipliner.
Di subbagian Bedah Plastik RSUPN Cipto Mangunkusumo sendiri belum terbentuk suatu tim multidisipliner yang menangani masalah rekonstruksi periorbita yang kompleks Pasien-pasiennyapun tidak terjaring banyak (dalam pengamatan selama satu setengah tahun didapatkan 4 orang pasien). Selain itu penggunaan prostesis belum menjadi salah satu pertimangan seperti di luar negeri.
Tulisan ini bertujuan memberikan gambaran masalah yang dihadapi pasien-pasien di subbagian Bedah Plastik RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu tersebut dan bagaimana pasien-pasien tersebut mendapatkan terapi rekonstruksinya. Selain itu tulisan ini juga merupakan tulisan akhir dalam menyelesaikan program studi bedah plastik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.