Pada Tahun 2003, cakupan perilaku ibu yang rnemberikan ASI eksklusif pada bayi di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur masih rendah, yaitu masing-masing 0,83 % dan 0,90 %. Rendahnya angka cakupan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif ini diperkirakan karena belum dilakukannya pengkajian ilmiah mengenai perilaku ibu tersebut secara komprehensif dengan metode yang mernadai secara subtansial. Oleh karena itu dilakukan metode yang memadai dengan suatu pendekatan multilevel modeling untuk mengetahui peranan faktor individu dan faktor kontekstual terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Desain penelitian adalah cross-sectional pada 989 orang ibu menyusui dan 164 kepala desa dari 8 kabupaten yang terdapat di propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 2003. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik Multilevel.
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah 1,72 %. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor di level individu mempunyai peran yang lebih besar dari pada faktor di level desa terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Faktor-faktor di level individu yang berperan terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah paritas, pengetahuan ibu, kontrasepsi dan ASI segera. Sedangkan faktor di level desa yang berperan terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah keterlibatan kepala desa dalam program KIA. Dari hasil penelitian diketahui faktor paritas, kontrasepsi dan pengetahuan ibu mempunyai efek menghambat artinya perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif dapat terhambat dengan adanya peningkatan jumlah paritas, pernakaian kontrasepsi dan rendahnya pengetahuan ibu. Sedangkan faktor pemberian ASI segera dan keterlibatan kepala desa dalam pelaksanaan program KIA mempunyai efek pendorong perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan kerjasama lintas sektor terutama di tingkat desa yang dimaksud kepala desa, agar terjadi pemerataan hasil program-program kesehatan terutama program ASI eksklusif. Selain itu perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam yang mencakup variabel komposisional dan kontekstual dengan pendekatan yang lebih memadai seperti multilevel modelling agar didapatkan model yang lebih memadai dalam menjelaskan variasi perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif.