ABSTRAKPenawaran Saham Perdana (IPO) adalah menjual saham perusahaan ke publik melalui
Bursa Efek. Tujuannya untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan aktivitas perusahaan,
ekspansi maupun kegiatan investasi lainnya. Hal penting dalam aktivitas IPO adalah harga
saham perdana. Agar menarik investor untuk membeli saham IPO, harga saham perdana
terkadang ditetapkan lebih rendah dari nilai wajarnya. Dengan demikian terjadi abnormal
return yang positif, ketika hari pertama saham diperdagangkan. Fenomena ini dikenal dengan nama underpricing.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu pertama, untuk mengetahui besaran
underpricing dalam penawaran saham perdana pada industri keuangan. Kedua, mengetahui perilaku saham selama 60 hari setelah penawaran snham perdana pada industri keuangan. Dan ketiga adalah untuk mengetahui dampak kondisi pasar (bullish dan bearish), umur perusahaan dan nilai emisi saham terhadap tingkat underpricing pada industri keuangan.
Penelitian ini menggunakan sampel 18 emiten yang melakukan penawaran saham
perdana di industri keuangan pada Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002 sampai dengan
2005. Hasil penelitian ini adalah Saham perdana mengalami underpricing ketika
diperdagangkan pertama kali di pasar sekunder. Besaran average abnormal normal pada hari pertama perdagangan adalah 25,25% dan signifikan pada oc = 5%. Perilaku Saham perdana dapat dilihat pula dari pola cumulative average abnormal return (CAAR). Pola CAAR 2002-2005 menunjukkan bahwa besaran underpricing yang terbesar terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua, saham mengalami koreksi yang signifikan.
Fenomena underpricing tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
di dalam luar negeri yaitu oleh Ritter (1991) yang menghasilkan initial return adalah sebesar 14,8%. Sedangkan penelitian Reilly dan Hatfield (1969), memperoleh return sebesar 9,5%. Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Hermawan (2000), Kusumaningtyas (2001), Hudiyanto (2002) dan Herika (2004) yang hasil penelitiannya abnormal return berurutan sebagai berikut 8,S2%, 34,49%, 21,96% dan 1,01%.
Sedangkan hasil pengujian variabel-variabel yaitu kondisi pasar, umur perusahaan
dan nilai emisi saham yang diduga berpengaruh terhadap besaran underpricing mendapatkan hasil bahwa varabel-variabel tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap underpricing.