Tesis ini membahas bagaimana sekolah dapat menjadi ruang akulturasi budaya sebagai hasil studi terhadap adaptasi antarbudaya yang dilakukan oleh guru yang berasal dari etnik Batak di lingkungan etnik Cina di SMPK 4 BPK Penabur Jakarta. Guru yang berasal dari etnik Batak di sekolah ini menjadi pendatang dan etnik Cina sebagai tuan rumah. Kajian mengenai adaptasi antarbudaya ini merujuk pada model sistem Young Yun Kim yang di elaborasi oleh Ruben, yaitu keterkaitan antara komunikasi personal dan komunikasi sosial yang meliputi komunikasi interpersonal dan komunikasi massa yang tidak terlepas dari lingkungan komunikasi untuk memotret kompetensi komunikasi guru yang berasal dari etnik Batak di lingkungan etnik Cina.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan model analisis mengalir (flow model of analisis).
Hasil penelitian menunjukan bahwa jika selama ini etnik Batak dikenal dengan karakternya yang keras dan tidak mudah terpengaruh, namun dapat beradaptasi dan mengalami akulturasi budaya yang di dukung oleh adanya potensi akulturasi etnik Batak terhadap etnik Cina, diantaranya adalah kemiripan nilai-nilai budaya dan persamaan agama, serta yang terpenting adalah dukungan dari lingkungan sekolah yang sangat kondusif serta mendukung terjadinya adaptasi antarbudaya, karena bagaimanapun akulturasi tidak akan terjadi tanpa adanya penerimaan dari lingkungan tuan rumah. Hasil penelitian juga menunjukan kompetensi komunikasi masing-masing informan di lingkungan etnik Cina. Yang lebih menarik adalah bahwa mereka telah menyerap nilai dari etnik Batak namun tetap berusaha mempertahankan identitas budaya mereka. Akhirnya penelitian ini memperlihatkan bagaimana sekolah dapat menjadi ruang akulturasi budaya untuk membentuk pribadi antarbudaya.
This thesis discusses about how the school be able to become cultural acculturation places as the result of the study upon the intercultural adaptation conducted by the teachers coming from Bataknese in the environment of Chinese in SMPK 4 BPK Penabur Jakarta. The Bataknese teachers in this school become the comers and the Chinese as the host. The study about this intercultural adaptation relates to Young Yun Kim’s systm model elaborated by Ruben, that is interrelation betwecn personal communication and social communication that covers interpersonal communication and mass communication that are not free from communication environment to draw communication competency of the Bataknese teachers in the environment of Chinese. The approach used in this research in qualitative approach with flow model of analysis.The result of the research show that for such long time Bataknese known by its hard character and is not easy to the influenced, but they may adapt and experience with cultural acculturation supported by the existence of the Balanese’s acculturation poteney upon the Chinese, among (hem are the similarities of cultural values and religions, and the most importanl is the support from the school environtment of the host. The result of the research also shows the communication competency of each informant in the environment of Chinese. More interesting is that they have absorbed Batknese values but they remain defend their cultural identities. Finally, this research shows how the school are able to become cultural acculturation place to build intercultural personal.