Pada saat ini Poliklinik telah dikenal sebagai salah satu fasilitas kesehatan masyarakat dalam skala kecil baik itu swasta maupun milik pemerintah yang menyediakan pelayanan kesehatan dasar, sehingga Poliklinik juga perlu menyelenggarakan kegiatan manajemen logistik farmasi dalam pemenuhan obat-obatan pada poliklinik tersebut seperti layaknya Rumah Sakit. Adapun tahapan dari kegiatan manajemen logistik yang perlu mendapat perhatian lebih adalah perencanaan, karena perencanaan obat-obatan merupakan suatu tahapan untuk memilih cara yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.
Poliklinik LP Kelas II A Narkotika Jakarta di dalam melaksanakan kegiatan perencanaan perbekalan obat selama ini hanya berdasarkan pada ketersediaan stok obat pada saat itu dan data konsumsi obat tahun sebelumnya Hal ini menyebabkan beberapa jenis obat mengalami stok kosong (out of stock) dan beberapa jenis yang lainnya mengalami kelebihan stok (over stock).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang proses perencanaan perbekalan obat dalam menyediakan obat yang sesuai dengan jenis dan jumlah serta ketepatan waktu pengirimannya yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia, dana/anggaran, metode, sarana, data, struktur organisasi dan kebijakan yang berkaitan
dengan kegiatan penyusunan perencanaan kebutuhan obat tersebut.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan yaitu studi deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi untuk pengambilan data primer, sedangkan untuk data sekunder melalui telaah dokumen meliputi; laporan harian pemakaian obat, laporan pemakaian dan pemesanan obat, laporan kebutuhan obat pertahun, dan laporan kegiatan tahunan Poliklinik LP Kelas II A Jakarta.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perencanaan obat selama ini hanya berdasarkan ketersediaan stok dan dengan menggunakan data kebutuhan obat tahun sebelumnya karena perencana obat tidak mengetahui metode atau analisis yang sesuai untuk melakukan perencanaan obat. Dari hasil analisis ABC Pemakaian, diketahui bahwa terdapat sebanyak 63,53 % jenis obat berada pada kelompok A, sedangkan pada kelompok B terdapat sebanyak 25,13 % dan pada kelompok C terdapat sebanyak 8,66%. Sedangkan hasil analisis
VEN menunjukan bahwa terdapat 5 jenis obat kelompok V, 17 jenis obat kelompok E dan 4 jenis obat yang termasuk kelompok N. Pada analisis ABC-VEN diketahui bahwa dari 26 jenis obat yang diteliti terdapat obat yang termasuk golongan (A-N) yaitu obat dengan
pemakaian dana hampir sebesar 70 % yang digunakan untuk obat non esensial.
Saran yang diajukan dengan melihat kondisi tersebut adalah sebaiknya para perencana obat mulai membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan di dalam merencanakan obat. Metode yang sesuai untuk digunakan adalah metode konsumsi, mengingat poliklinik telah memiliki data-data yang cukup yang dapat digunakan untuk metode tersebut. Sedangkan analisis penyesuaian rencana pengadaan sebaiknya memakai
analisa ABC-VEN, karena dapat lebih tajam mengetahui jenis obat apa yang menjadi prioritas untuk diadakan maupun yang dikurangi atau dihapuskan sehingga diharapkan ketersediaan obat menjadi lebih tepat jenis, jumlah dan waktu.