Masa remaja adalah masa transisi yang memiliki beberapa ciri khas, yaitu rasa ingin tahu yang besar, menyukai petualangan/tantangan, cenderung ingin bebas, suka mencoba-coba, berkelompok, masih mencari jati diri, mudah terpengaruh lingkungan serta cenderung melakukan sesuatu tanpa pemikiran yang masak. Dengan ciri khas seperti itu, remaja berisiko mengalami berbagai permasalahan, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi dan seksualitas. Berbagai masalah dapat muncul jika remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan jika mengambil keputusan yang salah. Pengambilan keputusan yang salah disebabkan karena remaja mendapat informasi yang tidak lengkap atau bahkan salah yang lebih sering didapatkan dari teman yang sebaya. Untuk mengatasi pemasalahan tersebut Departemen Kesehatan RI melalui puskesmas mengembangkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) salah satu strateginya adalah pelatihan konselor sebaya. Hal ini bertujuan untuk menyediakan tempat curhat yang menyenangkan dan tepat bagi permasalahan remaja. Pelatihan konselor sebaya juga dilakukan oleh Puskesmas Bogor Timur di sekolah-sekolah yang berada di wilayah kerjanya termasuk SMAN 3 dan MAN 2.
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk melihat pelaksanaan pelayanan konseling oleh konselor sebaya ini dilakukan di kedua sekolah tersebut karena Puskesmas Bogor Timur menilai konselor sebayanya cukup aktif melakukan pelayanan konseling remaja. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2008 menggunakan metode wawancara mendalam kepada konselor sebaya, guru pembina dan petugas Puskesmas Bogor Timur serta focus group discussion pada klien remaja.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam melakukan konseling, konselor sebaya tidak memerlukan ruangan khusus dan tidak bergantung jadwal tertentu. Tidak ada alur khusus bagi klien untuk memanfaatkan layanan konseling tersebut. Sebagian besar klien yang pernah memanfaatkan layanan konseling adalah perempuan dan berteman dekat dengan konselor. Kasus konseling yang paling sering ditemui adalah masalah pacar. Dalam melakukan konseling remaja, seorang konselor sebaya di pengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu konselor sebaya, variabel psikologis konselor sebaya dan variabel organisasi. Permasalahan utama yang terjadi adalah pemanfaatan konselor sebaya untuk membantu menyelesaikan masalah masih kurang maksimal, yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan konselor sebaya yang kurang proaktif. Jika sosialisasi sekolah mengenai keberadaan, kompetensi dan peran konselor sebaya, serta cara untuk mengakses layanan konseling oleh konselor sebaya lebih digalakkan, dan konselor sebaya lebih proaktif kepada eman-temannya, maka peran konselor sebaya untuk membantu menyelesaikan permasalahan remaja akan dapat dicapai secara optimal.