Perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi Puskesmas di Kota Bekasi belum menggunakan metode perhitungan kuantitatif karena belum ada pelatihan mengenai metode perencanaan tersebut. Dinas Kesehatan Kota Bekasi sendiri hanya sebagai penyeleksi pengajuan usulan tenaga dokter dari puskesmas karena harus disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, tetap perlu dilakukan perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sebenarnya di lapangan. Oleh karena itu, penulis ingin menghitung kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi dengan menggunakan metode perhitungan kuantitatif berdasarkan beban kerja yang mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Salah satu metode tersebut adalah metode Workload Indicator Staff Need (WISN) yaitu perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan beban kerja yang didapat dari Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 yang dilakukan oleh tim perencana dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi serta menganalisis perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008. Tiga puskesmas dipilih yang jumlah kunjungan pasiennya pada tahun 2007 terendah, sedang dan tertinggi. Puskesmas-puskesmas yang dimaksud adalah Puskesmas Pengasinan, Duren Jaya dan Bantar Gebang I. Jenis penelitian ini merupakan kualitatif karena sangat kaya dan sarat dengan deskripsi serta analisis. Pendekatan deskriptif dilakukan untuk adalah memberikan gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang selama ini dilakukan oleh tim perencana Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Adapun analisis yang dilakukan penulis untuk menghitung kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 yang dilakukan oleh penulis.
Kerangka konsep pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari komponen input, proses dan output. Komponen input terdiri dari tim perencana, anggaran, alat dan bahan, metode serta mesin. Metode dalam input ini ada dua, yakni metode Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan metode WISN. Komponen proses berisi langkah-langkah untuk mengubah input menjadi output, yaitu perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian, pengkoordinasian dan evaluasi. Output yang sekaligus merupakan hasil penelitian ini adalah gambaran perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi yang dilakukan oleh Dinas Kota Bekasi serta analisis perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008. Output perencanaan yang dilakukan oleh tim perencana dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi disimpan dalam bentuk Format Ketenagaan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Berdasarkan format tersebut, jumlah dokter umum yang dibutuhkan adalah 95 orang dan dokter gigi sebanyak 61 orang.
Hasil perhitungan jumlah tenaga dokter umum dan dokter gigi pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 adalah: 2 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Pengasinan, 2 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Duren Jaya, 6 orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi yang dibutuhkan di Puskesmas Bantar Gebang I. Setelah hasil perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dan dokter gigi dengan menggunakan metode WISN pada tiga puskesmas di Kota Bekasi tahun 2008 direkomendasikan kepada tim perencana, tim perencana berpendapat metode WISN bisa digunakan sebagai metode perencanaan kebutuhan tenaga dokter dan dokter gigi puskesmas di Kota Bekasi selanjutnya.
Saran yang diajukan penulis adalah sebaiknya dioperasikan on-line system di setiap puskesmas di Kota Bekasi dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi agar database setiap pegawai dan kunjungan dari puskesmas dapat langsung diakses oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi sehingga perencanaan kepegawaian, khususnya dokter umum dan dokter gigi, dapat dilakukan lebih mudah dan cepat. Untuk pengenalan metode atau prosedur kerja baru, sebaiknya diadakan pelatihan bagi tim perencana SDM kesehatan di Kota Bekasi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus tentang perencanaan SDM di Kota Bekasi. Sebaiknya dilakukan aspek kualitatif terhadap setiap puskesmas di Kota Bekasi untuk melihat apakah jumlah tenaga dokter umum dan dokter gigi yang didistribusikan berdasarkan hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan pada setiap puskesmas tersebut.