Karakteristik setiap festival budaya adalah unik, dan karenanya tak ada satu model standar yang dapat digunakan untuk mengelola semua jenis festival. Pengelolaan festival budaya secara modern dan profesional memerlukan kepekaan, yang di sini berarti mempertimbangkan keunikan tradisi dan budaya komunitas yang ingin diangkat. Pengelolaan modern dalam hal ini berarti pengelolaan yang menerapkan tata cara pengelolaan modern seperti perencanaan, pembagian tugas, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, Threats), metode TAM (Team Action Management), promosi melalui media massa, dan evaluasi keseluruhan kegiatan, termasuk penilaian apakah tujuan sudah sesuai dengan hasilnya. Dengan cara itu kita bisa melihat sejauh mana cara-cara pengelolaan modern dapat diterapkan pada penyelenggaraan suatu festival budaya sehingga dapat mengakomodasi harapan pengunjung dan pemilik tradisi yang ingin dirayakan. Sebagai studi kasus, dipilihlah pengelolaan Festival Tradisi Lisan Maritim Wakatobi.
Every cultural festival is unique in characteristic, therefore not a single standard model could fit into all sorts of festival. Modern management of a cultural festival needs to be sensitive to the uniqueness of the traditions and communities. Modern management here means the implementation of the models of modern management such as SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, Threats) analysis and TAM (Team Action Management) method, promotion through mass media, and evaluation. By those tools we could see how far these modern management models could be applied in cultural festival management in Indonesia so the ecent could accommodate both audiences and the traditional artists. The management of Maritime Oral Tradition Festival in Wakatobi 2009 is chosen as the case study.