Tesis ini mengangkat fenomena tren batik yang dapat diamati sepanjang tahun 2008. Analisis wacana dilakukan untuk menjelaskan fenomena ini lebih lanjut dan melihat bagaimana posisi batik sebagai artefak kebudayaan di masyarakat saat ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif tekstual dengan pendekatan konstruksionis.
Teori utama yang digunakan adalah teori wacana Michel Foucault, dan penjelasan dibantu konsep-konsep cultural studies yang dikemukakan Stuart Hall dkk. Sumber data adalah artikel yang membahas batik, yang dimuat di surat kabar ibukota.
Hasil analisis menunjukkan pembentukan wacana tentang batik melalui representasi makna di media massa, dan bahwa di dalamnya terjadi berbagai kontestasi makna, terutama dari aspek batik sebagai penanda identitas dan sebagai komoditas budaya.
This thesis highlights the batik trend that occured and can be observed in the year 2008. To better explain this cultural phenomenon and understand the position of batik as a cultural artefact in the contemporary society, discourse analysis is conducted. This research is qualitative with textual analysis, using social constructionist approach.
The main theory employed is Michel Foucault?s concept of discourse, and analysis is also based on some cultural studies key concepts conveyed by Stuart Hall et al. Primary data source is taken from newspaper articles that talk about batik.
The result shows how the discourse on batik is formed through representation of meanings in the mass media, and that inside the discourse various meanings are contested, mainly from the viewpoint of batik as an identity signifyer and as a cultural commodity.