Skripsi ini membahas gejala bahasa pergaulan pada speech community mahasiswa Stikom Interstudi Wijaya. Nilai-nilai seperti kebebasan berekpresi, media, dan prestise mempengaruhi pemilihan bahasa pergaulan di kalangan mahasiswa. Dengan menggunakan metode etnografi komunikasi, penelitian ini berusaha menemukan kaitan antara proses pembentukan identitas dan penanda prestise dengan penggunaan bahasa pergaulan. Data penelitian dikumpulkan dengan metode kualitatif seperti wawancara serta rekaman speech events dan di analisis dengan teori Ethnography of Speaking.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada nilai budaya tersendiri yang dianut oleh kelompok sosial mahasiswa. Representasi nilai budaya dalam penggunaan bahasa pergaulan terlihat dari penggunaan kata-kata yang sarkatis yang memperlihatkan adanya semacam reduksi makna, sehingga bagi speech community penggunanya kata tersebut tidak mengandung kekasaran dan dilihat sebagai upaya meraih prestise sosial dalam percakapan.
This thesis discusses the use of slang in the speech community college students Stikom Interstudi Wijaya. How cultural values such as freedom of expression, sexuality, and prestige affect code-switching among the students. By using the ethnography of communication methods, this research seeks to find linkages between the process of the formation of identity and prestige with the use of slang. Data were collected using qualitative technique such as interviews, and recording speech events to be analyzed by Ethnography of Speaking.The research concluded that there is particular cultural values which are held by students of social groups. As the Representation of cultural value in using sarcastic slang indicates ?reduction? of meaning, the speech community uses the sarcastic slang to achieve social prestige in which some explicit words has no longer contain violence meaning in the conversations.