Skripsi ini membahas tentang konflik antara pemerintah Meksiko dengan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN) pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo (1994 ? 2000) dengan menggunakan kerangka teori gerakan sosial dan teori konflik dan konsensus. Pembahasan difokuskan dengan meneliti tentang faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya EZLN sebagai sebuah gerakan pemberontak, serta upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Meksiko pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo untuk mengakomodasi tuntutan-tuntutan dari EZLN tersebut. Beberapa faktor yang menjadi landasan munculnya EZLN adalah kesenjangan sosial, masyarakat yang termarjinalkan, hubungan antara pusat dan daerah yang tidak seimbang, serta hak-hak kaum adat yang terbelenggu. Konflik vertikal antara EZLN dengan Pemerintah Meksiko pun tak terelakkan. Pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo, serangkaian peristiwa konflik terus berlangsung, baik konflik positif maupun konflik negatif. Pembantaian, pembunuhan, peperangan, hingga perundingan menjadi bagian dari konflik yang kerap terjadi pada masa itu. Presiden Zedillo juga melakukan berbagai upayaupaya untuk menyelesaikan konflik yang telah berlarut-larut tersebut, salah satunya dengan menggunakan jalur diplomasi. Namun, EZLN merasa bahwa tuntutan atau aspirasi yang mereka perjuangkan selama ini belum dapat terwujud. Alhasil, hingga saat ini pemerintah Meksiko belum dapat menyelesaikan konflik yang terjadi antara EZLN dengan pemerintah Meksiko.
By using the theory of social movement and conflict-consensus, this thesis serves a research on conflicts between mexican government in Ernesto Zedillo?s era and Zapatista Army of National Liberation (EZLN). The research focuses on the causes as well as negotiations so far between the goverment and EZLN. Lack (unbalanced) of social, marginal society, and the unstable relation between central goverment and remote people, unfulfilled indigenous?s rights are some basic causes of the EZLN. Massacres, wars, as well as negotiations had happened along these vertical conflicts. President Zedillo had negociated through diplomatic dialogues to solve the problems. But at the end of his era, according to EZLN, President Zedillo still have not answered wisely the questions nor the problems.