Keadaan gizi ibu baik sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. Salah satu masalah gizi yang dialami oleh ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK), ibu hamil yang KEK kemungkinan akan berdampak melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan premature. Salah satu cara untuk mewaspadai kejadian tersebut adalah dengan melakukan pengukuran LILA pada ibu hamil. Ibu hamil yang beresiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil di Provinsi DKI Jakarta. Alasan penulis memilih provinsi DKI Jakarta adalah berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki resiko KEK yang tinggi dan prevalensinya diatas angka nasional yaitu sebesar 16.6%.
Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil Riskesdas yang merupakan salah satu wilayah yang diteliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Departemen Kesehatan. Penelitian tersebut dilakukan di seluruh Indonesia dan pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dimulai awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang menjawab lengkap kuesioner yaitu sebesar 91 ibu hamil.
Hasil penelitian didapatkan prevalensi ibu hamil KEK yang diukur dengan menggunakan LILA di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 adalah sebesar 20.9%. Kelompok umur ibu < 20 tahun dan >35 tahun (33.0%) lebih berisiko untuk KEK. kelompok ibu yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki risiko lebih tinggi (50.0%) untuk KEK dan ibu yang memiliki penyakit infeksi lebih berisiko (30.0%) untuk mengalami risiko KEK. Pendidikan Ibu hamil dan Kepala RT yaitu SMA atau kurang lebih banyak (24.4%) mengalami risiko KEK, pengeluaran bahan pangan < 80% lebih banyak yang mengalami risiko KEK (21.1%). Selain itu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan lebih besar (25.0%) untuk mempunyai risiko KEK.