Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada perempuan yang putus hubungan setelah melakukan hubungan seksual premarital. Isaacson (2002) mengatakan bahwa implikasi dari resiliensi adalah kemampuan individu tidak hanya dalam mengatasi kesulitan yang traumatis namun juga merespon secara fleksibel tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh domain dari resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002), yaitu regulasi emosi, impuls kontrol, optimisme, analisa kausal, empati, self efficacy, dan reaching out. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pada 3 orang subjek. Ketiganya adalah remaja akhir berjenis kelamin perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual premarital dan sudah putus hubungan dengan pria yang menjadi partner pertamanya tersebut. Subjek yang dipilih juga memiliki kriteria belum menikah, tidak pernah hamil dan melakukan aborsi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jeda putus hubungan dengan saat wawancara mempengaruhi resiliensi subjek, dimana subjek yang sudah lebih lama putus dapat lebih mengembangkan resiliensinya daripada yang baru saja putus hubungan. Ketiga subjek memiliki kesamaan yaitu memiliki reaching out yang tinggi. Perbedaan ketiga subjek terlihat dari domain yang paling menonjol pada masing-masing subjek. Kehadiran faktor resiko dan faktor protektif juga mempengaruhi perkembangan resiliensi pada masing-masing subjek. Subjek yang memiliki faktor protektif lebih banyak akan lebih terbantu dalam proses perkembangan resiliensinya.
The purpose of this study is to portray resilience in women whom break up atfer doing premarital sex. Isaacson (2002) said that resiliency implies an ability not only to cope with traumatic difficulties but also to respond with flexibility under the pressures of everyday life. According to Reivich & Shatte (2002), there are seven domains of resiliency. They are emotion regulation, impuls control, optimism, causal analysis, empathy, self efficacy, and reaching out. This study uses qualitative method with three respondents. The requirement of the respondents are late adolesence girls who had premarital sexual experiences and already broke up with their first partner. They also had not get married, never got pregnant nor did abortion.
This study also found that duration of break up effected the resiliency of these respondents where as respondents who break up earlier more resilient than the other whom break up later on. These three respondents has similarity in reaching out. The different shown by the major domain of each respondents. The absence of risk and protective factor also effected resiliency. Respondent who has more protective factor is more resilient than others.