Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari perbedaan nilai budaya terhadap sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari termasuk didalamnya perilaku di organisasi. Nilai budaya jarak kekuasaan (power distance) dianggap memiliki pengaruh dalam menentukan preferensi seseorang dalam memilih gaya penyelesaian konflik yang terjadi diorganisasi. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental (ex post facto field study) yang difokuskan pada masyarakat Suku Batak.
Penelitian dilakukan pada 45 karyawan BUMN Z Sumatra Utara yang bersuku Batak. Teknik sampling pada penelitian ini adalah accidental sampling. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner dimensi nilai budaya yang disusun oleh Dra. Wustari Mangundjaya MOP dan Tim payung penelitian. Korelasi pearson product moment merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menjawab hubungan antara nilai budaya jarak kekuasaan (power distance) dengan gaya penyelesaian konflik.
Hasil perhitungan statistik menunjukan bahwa suku Batak memiliki nilai budaya jarak kekuasaan (power distance) yang tinggi dengan persentase 51,1 % dan gaya penyelesaian konflik yang bersifat aktif yaitu 51,1 %. Dengan nilai koefisen korelasi sebesar -0,04 dengan p sebesar 0,752 (p > .05) dapat dikatakan bahwa nilai budaya jarak kekuasaan (power distance) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gaya penyelesaian konflik Suku Batak karyawan PT.Jasa Marga Persero cabang Medan Sumatra Utara.
Hasil penelitian menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap hubungan antara nilai budaya jarak kekuasaan (power distance) dan gaya penyelesaian konflik seperti faktor internal individu (kepribadian) dan (budaya organisasi).
These researches propose is browsing the effect of distinction of cultural ethics in regard to attitude and human behavior in their daily life including their organization behavior. Power distance is considered has effect in determining some one preferential within finding conflict solving style which happens in organization. These research included in quantitative research with non experimental design (ex post facto filed study) that is focused to Bataknese.
Research did to 45 Bataknese employee BUMN Z Medan North Sumatra branch. Sampling technique that has been used in these researches was accidental sampling. Collecting data method using questionare dimension of culture value which has been arranged by Wustari Mangundjaya as a lecture counselor and student research team. Pearson product moment correlation was one of the analysis technique that has been applied for answering the connection between power distances and conflict solving style.
Statistic calculation result showed that Bataknese has height power distance percentage that is 51.1 % and active condition of solving problem is 51.1 %. Within - 0.04 correlation coefficient and p is 0.752 (p> .05), we can say that power distance does not have a significant relations with solving problem at Bataknese employee of PT Jasa Marga Persero, Medan North Sumatra branch.
The result of research has put forward a suggestion to do further research for getting other factors which probably can be had effect regard to connection between power distance and solving problem for instance personality and organization culture.