Perkembangan masalah penyakit DBD yang kasusnya cenderung meningkat serta penyebarannya semakin meluas merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian Indonesia. Terutama di Jakarta selama tahun 2003 hingga 2007 jumlah kasus DBD cenderung meningkat, khususnya wilayah Jakarta Timur yang tiap tahun menjadi wilayah tertinggi kasus DBD dan pada kecamatan Duren Sawit sebagai kecamatan yang paling tinggi jumlah kasusnya di Jakarta Timur. Pemerintah telah membuat program penanggulangan dan pemberantasan penyakit DBD namun melihat kecenderungan jumlah kasus yang terus meningkat hingga saat ini dapat dikatakan tujuan program tersebut beum berhasil dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab ketidakberhasilannya upaya menekan jumlah kasus DBD perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kegiatan dari program P2DBD yang dilakukan puskesmas kecamatan Duren Sawit tahun 2007 meliputi evaluasi terhadap unsur input yaitu ketersediaan tenaga, dana, sarana, metode, dan waktu, terhadap proses kegiatan yaitu Penyelidikan Epidemiologi (PE), foging fokus, PSN, Pemeriksaan Jentik Berkala, Abatisasi selektif, dan penyuluhan kesehatan, dan terhadap output yaitu capaian hasil kegiatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Wawancara mendalam dilakukan kepada 12 informan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan program P2DBD di puskesmas kecamatan Duren Sawit, serta 2 puskesmas kelurahan di wilayah kerjanya yaitu puskesmas kelurahan Duren Sawit dan Malaka Sari.
Berdasarkan informasi yang diperoleh diketahui bahwa ketersediaan unsur input pada umumnya sangat terbatas. Tenaga pelaksana di puskesmas kelurahan khususnya masih kurang untuk melakukan PE dengan cepat dan kegiatan PSN. Jumantik belum aktif dan sungguh-sungguh melakukan pemeriksaan jentik dalam rangka PSN. Ketersediaan alat foging masih kurang dan ketersediaan jenis dan jumlah media promosi kesehatan juga masih kurang. Anggaran paling besar digunakan untuk kegiatan foging mengingat besarnya biaya bahan bakar alat foging. Kegiatan yang direncanakan semuanya telah dilakukan namun proses pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya mengingat keterbatasan sumber daya, kurangnya dukungan dari mayarakat, dan keadaan wilyah kecamatan sendiri. Tetapi dalam hal koordinasi dan komunikasi sudah terbina cukup baik diantara masing-masing program pengelola program P2DBD di puskesmas kecamatan dan juga dengan puskesmas kelurahan. Hasil capaian masing-masing kegiatan jika dilihat dari tolak ukur terhadap output yang direncanakan pada umumnya tercapai, tapi jika dilihat dari tolak ukur hasil yang direncanakan masih belum berhasil dicapai. Seperti ABJ yang mencapai hingga 98% namun jumlah kasus masih tetap tinggi.
Kegiatan yang telah dilakukan puskesmas secara keseluruhan jika dilihat dari sumber daya yang dimanfaatkan, proses kegiatan yang dilakukan, dan output kegiatan yang dicapai jika dikaitkan dengan indikator hasil penurunan jumlah kasus dapat dikatakan belum efektif karena tujuannya tidak tercapai. Hal ini disebabkan karena keterbatasan tenaga dan sarana yang sangat mendukung untuk setiap kegiatan. Selain itu juga dari dukungan masyarakat yang kurang aktif melakukan upaya pencegahan penyakit secara mandiri.