Studi Keluarga dan Anak-anak Rawan HIV dan AIDS tahun 2007 yang dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa kehadiran sekolah, pencapaian pendidikan, serta persepsi untuk melanjutkan sekolah anak pada rumahtangga dengan ODHA lebih rendah dibandingkan dengan anak pada rumahtangga tanpa ODHA. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji lebih jauh mengenai dampak keberadaan ODHA dalam rumahtangga terhadap partisipasi pendidikan anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data Studi Keluarga dan Anak-anak Rawan HIV dan AIDS tahun 2007. Khususnya sampel rumahtangga dengan anak yang berusia 7 hingga 18 tahun yang berjumlah 509 rumahtangga ODHA dan 552 rumahtangga tanpa ODHA.
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan regresi logistik multinomial. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang tinggal pada rumahtangga ODHA berpeluang dua kali untuk tidak berpartisipasi dalam pendidikan dibandingkan anak yang tinggal pada rumahtangga tanpa ODHA. Hal ini terutama dikarenakan masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga ODHA sebagai akibat meningkatnya kebutuhan perawatan ODHA ataupun akibat kematian ODHA. Upaya mengatasi kesulitan ekonomi dilakukan rumahtangga antara lain; menjual berbagai aset rumahtangga, menyuruh anak bekerja, dan mengurangi biaya sekolah. Anak terpaksa harus menjaga ODHA atau anggota rumahtangga yang lebih kecil. Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi penghalang begitu juga pendidikan orangtua/pengasuh.
Penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan pendidikan masih minim. Depdiknas belum mengeluarkan kebijakan khusus terkait dengan pendidikan anak pada rumahtangga ODHA. KPAN juga belum menjadikan program mitigasi di seluruh provinsi. Penelitian ini mengajukan beberapa saran yakni; subsidi biaya-biaya yang terkait dengan sekolah dan pemberian beasiswa, skema pekerjaan yang sesuai untuk anak, respon berbasis keluarga dan komunitas, serta konseling oleh guru.