Krisis Asia 1997/1998 menyadarkan banyak pihak bahwa kesuksesan kawasan tersebut selama beberapa dekade sebelumnya - "The East Asian Miracle" - telah dibangun di atas suatu landasan yang sangat rapuh dan rentan. Selama periode krisis, banyak dari negaranegara ASEAN yang beralih dari dollar peg kepada sistem yang lebih fleksibel. Akan tetapi, setelah periode krisis berlalu mata uang dollar kembali menjadi acuan de facto kebijakan nilai tukar mayoritas negara di kawasan tersebut. Adanya kenyataan ini menjadi alasan perlunya suatu koordinasi kebijakan nilai tukar yang harmonis dari negara-negara Asia Timur. Berbagai bentuk kerja sama tersebut telah diajukan oleh para akademisi, namun hingga kini belum ada kesepakatan mengenai bentuk kerja sama mana yang paling tepat. Melalui penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa kawasan ASEAN+2 sebaiknya mengintroduksi suatu common currency basket dan mematok mata uang mereka terhadap keranjang tersebut atau menetapkan suatu marjin fluktuasi berdasarkan keranjang tersebut, sambil mempersiapkan infrastruktur keuangan yang lebih kokoh untuk menerapkan ACU yang akan mendatangkan kestabilan lebih besar.