Penelitian ini berfokus pada shock volatilitas pada model indeks tunggal pada sembilan indeks sektoral dan indeks LQ45 periode 2002 hingga 2006, selain menginvestigasi shock pada volatilitas dalam penelitian ini juga akan sedikit dibahas mengenai beta atau sensitivitas terhadap imbal hasil pasar. Penelitian ini menggunakan metode GARCH dan IGARCH pada pemodelan variansnya sedangkan untuk pemodelan mean digunakan model Box Jenkins atau yang lebih dikenal dengan model ARIMA. Dari analisis penelitian didapat bahwa model indeks tunggal yang memiliki tingkat volatility shock persistence yang paling tinggi dengan mengikuti GARCH (1,1) dengan proses yang stasioner adalah indeks pertambangan. Lima indeks (indeks pertambangan, finansial, infrastruktur, LQ45, dan properti) memiliki shock pada volatilitas yang tinggi dan dapat dimodelkan dengan IGARCH, sehingga menghasilkan proporsi shock pada volatilitas persistence (tidak berkurang seiring berjalannya waktu), sehingga bagi investor yang menghindari risiko sebaiknya menghindari berinvestasi di indeks ini sebab harga dapat bergerak sendiri tanpa adanya informasi. Sedangkan indeks yang memiliki tingkat sensitivitas yang paling tinggi terhadap pergerakan imbal hasil indeks pasar adalah indeks infrastruktur dan LQ45. Indeks LQ45 juga merupakan indeks yang pergerakannya dapat dijelaskan paling baik oleh imbal hasil IHSG karena memiliki r-squared yang paling tinggi dibandingkan indeks lain.