Penelitian ini membahas kebebasan intelektual di perpustakaan yang dipertentangkan dengan kebijakan serta pelaksanaan sensor dari pemerintah yang direpresentasikan dalam serial animasi ?Toshokan Sensô (Library War)?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serial animasi ?Toshokan Sensô (Library War)? memunculkan unsur-unsur kebebasan intelektual seperti kebebasan mendapatkan informasi dan koleksi perpustakaan, kebebasan mencari informasi, kebebasan menyebarkan informasi, peraturan mengenai kebebasan intelektual di perpustakaan dan tindakan pertahanan terhadap kebebasan intelektual. Sementara unsur-unsur kebijakan sensor dari pemerintah dalam serial animasi ?Toshokan Sensô (Library War)? disajikan melalui adegan berupa razia buku, pembakaran buku, peraturan mengenai sensor dan juga pembatasan usia pengguna perpustakaan. Saran penulis adalah agar perpustakaan tetap mempertahankan kebebasan intelektual sebagai bentuk demokrasi di perpustakaan.
The Focus of the study is intellectual freedom in library against censorship conducted by the government as represented in ?Toshokan Sensô (Library War)? animation series. This research is qualitative descriptive interpretive with semiotics approach. The research shows that ?Toshokan Sensô (Library War)? animation series contains intellectual freedom elements such as freedom to get information and library collection, freedom to search information, freedom to disseminate information, library act and actions to defend intellectual freedom. Meanwhile, book inspections, book burning actions, media censorship act and age-restriction of library user are categorized as censorship elements appear in the animation. The researcher suggests library to keep defending intellectual freedom in library as the form of library democracy.