Interaksi awal antara Jawa dan Malayu dimulai ketika raja Singhasari terakhir, Kartanagara, memulai sebuah ekspedisi ke Sumatra dengan mengirimkan beberapa utusannya, yang dikenal sebagai ekspedisi Pamalayu. Kemudian jalinan antar kedua negara itu berlanjut ketika seorang pejabat tinggi yang bernama Adityawarman, seorang putra Malayu, mengeluarkan sebuah prasasti di belakang arca Manjuari untuk memuliakan kedua orangtuanya. Hal ini menggambarkan bahwa hubungan di antara kedua kerajaan itu berlangsung cukup baik. Kemudian, ketika Adityawarman menjadi raja di Malayu dengan menggunakan gelar Maharajadhiraja, hal ini mengindikasikan bahwa Malayu menganggap posisinya sejajar dengan Jawa dan tidak menggantungkan nasibnya kepada Majapahit.
The first interaction between Java and Malayu kingdom is started when the last king Singhasari, Kartanagara, sends his delegations to Sumatra, which known as Pamalayu expedition. The next chapter of this relationship continues when a high minister who named as Adityawarman, a son of Malayu, writes an inscription which written behind the MaƱjuari statue in order to noble his parents. It shows us that the relationship dealing out in well. Then, when Adityawarman become a King of Malayu, he uses a Maharajadhiraja title which indicates that Malayu is considering their position as equal as Java and they're not depending their confidence to Majapahit.