Penelitian ini melihat feminisme Islam dalam film 10 (2002) karya Abbas Kiarostami dan film Persepolis (2008) karya Marjane Satrapi mengenai perempuan Muslim yang independen yang hidup di tengah masyarakat Iran. Pendekatan feminisme Islam tentang hijab dari Qassim Amin dan Fatima Mernissi, beserta contoh kasus yang berkenaan dengan feminisme dan fundamentalisme Islam dari Haideh Moghissi di negara-negara Muslim, digunakan untuk mengamati bagaimana gagasan feminisme dimunculkan menghadapi dominasi laki-laki, dan bagaimana citra perempuan sebagai korban atau perempuan yang berpotensi memperjuangkan kesetaraan ditampilkan dalam kedua film, 10 dan Persepolis. Penelitian feminisme Islam didesain dengan analitis-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan feminisme Islam dalam kedua film tersebut mampu membangun citra perempuan yang mengemukakan potensi diri dan berhak untuk setara dengan laki-laki.
The focus of this study is an Islamic Feminism in Abbas Kiarostami?s movie 10 (2002) and Marjane Satrapi?s Persepolis (2008), concerning independent Moslem women who live in Iranian society. The approach of Islamic feminism, Qassim Amin and Fatima Mernissi?s concepts of hijab along with cases of study from Haideh Moghissi relating to feminism and Islamic fundamentalism in Moslem countries, are used to view how the ideas of feminism emerge facing male domination and how women?s portrayal pointed out as victims or the opposite, as an image that potentially struggling for equality, showing in these pictures. The research of Islamic feminism is designed to descriptive analytical method. The result indicates that Islamic feminism in these two movies are women who have been able to built a portrayal of women who put forward their potential and have the right to be equal with men.