Penelitian dengan judul Proses pemberdayaan komunitas pemulung dalam menggunakan alat pelindung kerja (studi kasus pemberdayaan pemulung di Pondok Labu Jakarta Selatan) Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pemberdayaan bagi para pemulung khususnya perubahan perilaku untuk mau menggunakan alat pelindung kerja seperti sarung tangan, masker dan alas kaki. Pemberdayaan yang dilakuklan dilokasi pemulung bukan sebagai program tetapi sebagai proses oleh karena kegiatan pemberdayaan terus-menerus dilakukan walaupun LKC telah melakukan terminasi. Yang menjadi latar belakang dari pemilihan topik pada penelitian ini adalah banyaknya korban akibat para pemulung tidak bisa membedakan mana sampah yang aman dan mana yang berbahaya. Dikatakan berbahaya apabila sampah tersebut mengandung zat kimia tertentu yang tidak boleh tersentuh kulit atau tercium hidung. Sumber sampah B3 berasal dari tempat pembuangan sampah di rumah sakit, pabrik atau pasar. Sebelum pemberdayaan ini dilakukan banyak pemulung yang menderita penyakit seperti ispa, kulit, flu dan lain-lain. Dari hasil wawancara sebelum ada program pemberdayaan ini sering kali diantara mereka yang pusing, mual atau gatal-gatal akibat bersentuhan langsung dengan bahan kimia beracun dan berbahaya. LKC sebagai organisasi non profit yang bersungguh-sungguh membantu masyarakat miskin khususnya bidang kesehatan berusaha melakukan proses pemberdayaan pada kelompok pemulung ini untuk merubah agar pemulung menggunakan alat pelindung kerja saat bertugas. Harapan yang diinginkan dari kegiatan ini adalah terbebasnya para pemulung dari ancaman sampah beracun dan berbahaya. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sementara jenisnya adalah penelitian yang tergolong penelitian case study. Lokasi penelitian adalah para pemulung yang tinggal di kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Jenis sampling (Type of Sampling) pada penelitian ini adalah nonprobability sampling atau nonrandom sampling dan penentuan informan dalam penelitian ini mengggunakan metode Purfosif. Pengumpulan data sendiri pada penelitian ini dilakukan melalui empat cara yaitu pengumpulan data melalui wawancara mendalam (In Depth interview), observasi dan pengumpulan data dengan menggunakan sumber data non manusia (data sekunder) serta di analis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitaif. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan dari Isbandi Rukminto Adi.
Teori Pemberdayaan digunakan untuk menganalisis perubahan perilaku yaitu menggunakan alat pelindung kerja. Dalam melakukan proses pemberdayaan agen pemberdaya melakukan langkah-langkah seperti melakukan persiapan internal berupa penyiapan anggaran, penetapan personal dan kebijakan keuangan sedangkan persiapan eksternal berupa perizinan. Langkah berikutnya yaitu assessment untuk mengidentifikasi kebutuhan dan sumber daya kelompok sasaran. Setelah assessment langkah selanjutnya adalah tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing) sebagai jawaban terhadap masalah yang mereka hadapi. Langkah berikutnya adalah memformulasikan rencana aksi, setelah itu langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan program atau kegiatan. Langkah evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi terhadap rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, terakhir adalah terminasi. Dalam melakukan proses pemberdayaan kendala yang ditemui dipangan yaitu dari pemulung berupa pendidikan yang rendah, dari pihak lapak berupa ketidakmampuan ketua lapak melepaskan diri dari para preman, sedang dari pihak pemerintah setempat yaitu kekurang peduliannya terhadap keberadaan para pemulung sehingga para pemulung sehingga layanan sosial bagi orang miskin tidak dapat dinikmati oleh para pemulung.
Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk berbagai pihak terutama untuk LSM agar ketika melakukan hal yang sama ditempat lain dapat mengambil pelajaran agar terhindar dari kegagalan yaitu lakukanlah komunikasi yang intensif agar tidak timbul kecurigaan dari kelompok sasaran. Saran untuk pihak pemerintahan setempat yaitu tingkatkan kepedulian pada para pemulung dalam bentuk membantu mempermudah mereka mendapatkan identitas kependudukan agar dengan itu ia dapat memanfaatkan layanan sosial yang disediakan pemerintah.
ABSTRACTA researh entitles the process of empowering the waste-picker community in using work protection tools ( a case study of empowering waste-picker in Pondok Labu, South Jakarta). This research aims to describe the process of empowerment for the waste-picker community specifically on behavior change of willingness to use work protection tools such as glove, face mask and footwear. The empowerment to the wastepicker within their community is not a particularly a program yet as a process, therefore the suistanable empowerment activities have been implemented even though LKC (free community health service) has completed their program. The background of the topic in this research is the significant increasingly number of affected waste pickers who are not able to distinguish the safe and the harmful garbage. The garbage is identified as harmful if the garbage consists of specific chemical essence which relectant to the skin surface and inhaled. B3 waste is usually from hospitals, factories and markets. Before this empowerment activity occured, it was found that some waste pickers was affected asthma, skin diseases, flu and so on. From the interview with the community before this program implemented some of the community members had got fever, itchy, and sligtly vomit as the effect of direct interaction with the harmful chemical essence. LKC is as non-profit organization is willingly help the poor community especially in health service and also initiate to do the empowerment process for groups of waste-pickers to advocate the them intorder to use work protection tools when doing their activity. The output from this activity is the waste-picker community is free from the threat of harmful garbage. The approach of this research is a qualitative research in which case study is as type of. The location of this research is the waste-picker community lives in Pondok Labu, CIlandak, South Jakarta. Type of sampling in this research is non-probability sampling or non-random sampling and the respondents? selection is using purposive method. Data collection in this research was conducted into 4 (four) mechanisms they are In Depth interview, observation and data collection through secondary data and data analysis using qualitative-descriptive. The narrative of this research is using the empowerment theory of Isbandi Rukminto Adi.
Empowerment theory is used to analyse the behaviour change of using work protection tools. In implementing the empowerment process, the agent of empowerment is doing significant steps such as budget preparation, staffing, and financial policy while the external preparation is such as reserach permit. Next step is assessment of needs and resources identification of targeted community. Followed up with program planning or designing as the answer of the problems faced by them. Then, formulate the action plan follwed up with the implementation or the excecution of the program. Evaluation activity is conducting to identify the weaknesses of the activity process and at last the termination of the activity. Some obstacles appeared during the program implementation especially the lack of education, and also lack of capacity form the leader of land owner to anticipate the involvement of the unresponsible persons. From government side, it is known that there is lack of attention and cooperation from the government which cause the social service for the waste-pickers and poor people is not iptimized.
The result of this research is to encourages and to recommend stakeholders particularly Non-Government Organization to replicate similar acitivities in different location and can observe the lessons learned from this program to avoid the failure implementation. it is expected that the NGO will have intensive communication to the beneficiaries to minimize the internally social conflict. We hope that the local government will significatly particiapte and have awareness to the waste-picker community by providing them easy access to have legal identification so that they can use the social service provided by government.