Tesis desain ini berusaha untuk melihat dan menata kembali Kemang sebagai salah satu bagian kota Jakarta yang terlihat mendapatkan pengaruh budaya non lokal yang mempengaruhi unsur fisik dan non fisik kawasan tersebut mulai dari wajah bangunan, pembentukkan ruang kota dan pola kegiatan baru yang belum ada sebelumnya. Dalam hal ini budaya non lokal hadir secara bersama ? sama dengan budaya lokal dan melahirkan berbagai perbedaan (difference) dan keberagaman (diversity) di Kemang. Suatu kondisi penerimaan dan pemberian wadah bagi adanya perbedaan dan keberagaman merupakan bagian dari pendekatan konsep cosmopolitan.
Penataan kembali kawasan Kemang dengan pendekatan cosmopolitan dimulai dengan terlebih dahulu melihat pola kegiatan dan pelaku serta terutama bagaimana hubungan saling mempengaruhi antara budaya lokal dan non lokal yang telah ada termasuk kontradiksi dan kesetaraan yang timbul kemudian. Pendekatan cosmopolitan yang berakar pada budaya lokal Betawi (teras Betawi) kemudian akan diterjemahkan dalam bentuk teras sebagai ?ruang bermain? yang tidak hanya memberi wadah bagi perbedaan dan keberagaman namun juga mampu mendorong terjadinya interaksi dengan orang asing/strangers dalam ruang kota.
In this thesis, I try to analyze and redesign Kemang as a part of Jakarta, which has been influenced by many non ? local cultures. These cultures give effects in the shaping of urban elements of Kemang, both physically and non - physically, from building elevation, the shaping of urban space and the pattern of new activities. In this case, non - local cultures exist together with the local cultures and all of these result in the appearance of many differences and diversities at Kemang. The condition of acceptance and giving space for many differences and diversities are the part of cosmopolitan concept, which is used as the approaching concept in this design thesis.
By using the cosmopolitan concept, I try to redesign Kemang, first by analyzing the pattern of activities and the ?actors?, especially how local cultures and local cultures gives influences to each other, including the contradiction and equality which emerge after that. The cosmopolitan concept, based on the local culture, Betawi (teras Betawi), is translated into ?the playing space?, which not only gives spaces for many differences and diversities, but also can stimulate the interaction with many people from different backgrounds in urban space.