UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Pemaknaan ornamen-ornamen pada Gereja Katolik Inkulturasi Karo di Kota Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara

Egia Anintana; Riga Adiwoso, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007)

 Abstrak

Tesis ini meliputi gambaran mengenai pemaknaan umat terhadap ornamen-ornamen pada gereja Katolik yang mempunyai tema inkulturasi. Tema inkulturatif disini adalah nama yang dipakai pada sebuah gereja Katolik di Kota Berastagi yang berkisar pada penggunaan arsitektur rumah adat Karo, masyarakat setempat. Penelitian mengenai pemaknaan ornamen pada gereja tema inkulturatif ini mempunyai tujuan berusaha menampilkan gambaran ornamen-ornamen apa yang penting dan tidak penting menurut umat. Selain metode wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan, dengan ikut mengikuti kegiatan Gereja Katolik Inkulturatif Karo di Berastagi selama 5 bulan, terhitung dari bulan Juni hingga Desember 2006. Penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan terhadap ornamen beragam bentuknya. Umat memaknai ornamen gereja yang sakral dari pada ornamen Karo, dan salib merupakan bentuk simbol yang sangat dimaknai dalam kehidupan orang Katolik. Ornamen Karo dimaknai sebagai tanda yang menunjukkan identitas orang Karo, ornamen Karo yang utama adalah bentuk rumah adat dengan Tersek dan ret-ret. Sejarah pembangunan Gereja Katolik Inkulturatif Karo memiliki latarbelakang rencana yang matang dan sudah menjadi blueprint dari kebijakan Katolik Roma, dari Konsili Vatikan II. Berawal dari adanya beberapa bangunan gereja Katolik dengan tema inkulturatif, Uskup Datubara memindahkan Pastor Leo yang sukses membangun Gereja Katolik Inkulturatif Toba di Pangunguran ke Paroki Kabanjahe. Transformasi budaya atau perubahan budaya terlihat dari penelitian mengenai perubahan pemaknaan ornamen tradisional Karo. Beberapa faktor pendukung terjadinya perubahan pemaknaan ini adalah media dimana dicantumkan ornamen tradisional. Faktor utama perubahan pemaknaan adalah jaman atau waktu. Lalu, faktor berikutnya adalah keadaan masyarakat yang cenderung tidak lagi memakai ornamen tradisional. Kehadiran dari keadaan baru bentuk arsitektur rumah ibadat yang dikolaborasikan dengan rumah adat ini jelas ?menggelitik? rasa pemaknaan yang berbeda baik terhadap sosok sebuah rumah ibadat. Pemaknaan terhadap sesuatu yang baru dapat berimplikasi kepada makna baru, makna yang baru dapat berimplikasi kepada perilaku baru. Budaya baru terlihat dari perubahan pemaknaan komunitas terhadap suatu fenomena yang baru.

This thesis is a description of interp retation of the to Catholic Church ornaments with a theme inculturation. Inculturative is anyway a part of the name of this church, positioned in Berastagi. The theme inculturative on the church is seen on the use of traditional Karonese architecture. This research has a mision to reflect the description which ornaments is important, the churhces ornaments or the traditional ones, to the people in the church itself. Participation observation and interview is the methods used in this research, while following activities in t he Karonese Inculturativ e Catholic Church intensively about 5 months, counted from June to December 206. This research found that the members? interpretation to the ornaments has several variations. The curch members sense the churches ornaments as sacral ornaments rather than the Karonese ones, and cross is a symbol which deeply interpreted in the Catholics lives. Karonese ornaments sensed as a sign which shows the identity of Karonese. Tersek and ret-ret is the ones very sensed as Karonese architectural ornaments. The history of the devel opment of this Karonese Inculturative Catholicchurch is a well planned and a blueprint from the Rome Catholic, started from Konsili Vatikan II. Before this church there are several Cat holic Churches with inculturative theme, Bis hop Datubara moves Father Leo, who succesfully built Tobanese Inculturative Catholic Church in Pangururan to the Kabanjahe Parish. Cultural transformation or cultural change is shown from this research about the changing of interpretation of Karonese traditional ornament. Some factors to this changing is the media where the ornaments are aplied, ti me phase is the primary factors. Next, the condition of people which mainly us e the traditional ornaments no more. New shape of a church architecture, colaborated with traditional architecture, trully challe nge a different interpretation even to a praying house. Interpretation to something new can implicated to new behavior. New culture seen from the changes of comunities interpretaion to a new fenomena.

 File Digital: 9

Shelf
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Metodologi.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Pendahuluan.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Bibliografi.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Analisis.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Abstrak.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-HA.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Kesimpulan.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Literatur.pdf :: Unduh
 T 22723 Pemaknaan ornamen-Lampiran.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T22723
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : vi, 124 pages : illustration ; 29 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T22723 15-19-682688886 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 136773
Cover