Sastra Indonesia adalah hasil-hasil kesastraan yang memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai pengekspresi gagasan yang ada di sebalik karya yang bersangkutan. Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan di daerah, yang ditulis dalam bahasa Indonesia, merupakan sastra Indonesia. Salah seorang sastrawan yang tinggal di daerah dan menuliskan karyanya dalam bahasa Indonesia ialah A.A. Navis. Namanya mulai mencuat di tahun 1955 ketika Robohnya Surau Kami menjadi cerpen terbaik majalah kisah. Tidak hanya cerpen, ia pun menulis puisi dan novel. Melalui karya-karyanya itulah satire terhadap berbagai persoalan yang ada di sekitamya disampaikan. Penelitian mengenai satire dalam cerpen-cerpen A.A. Navis-dengan Politik Warung Kopi sebagai landasan-menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, topik-topik yang disatire terkait dengan masalah politik, ekonomi, dan moral. Kedua, satire disampaikan dengan gaya humor dan ironi. Ketiga, tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen identik dengan gelar adat, nama suku bangsa, atau budaya Minangkabau. Keempat, satire disampaikan melalui tiga proses: pembuka, stimulasi, dan penyampaian. Kelima, untuk mendapatkan rima akhir yang sama, A.A. Navis melakukan manipulasi fonologis dan semantis yang menimbulkan efek humor. Keenam, pada tataran sintaksis, repetisi kata, gagasan utama, pertentangan, dan bentuk aktif-pasif dimanfaatkan untuk memberikan penekanan pada gagasan utama, sebagai bagian yang disatire.