Dalam menarik kesimpulan ini saja akan kembali mengulangi beberapa uraian saja dibelakang, djuga hal-hal jang belum saja simpulkan maka disini akan saja lakukan. Tentulah harus diperhatikan bahwa kesimpulan ini adalah pembahasan terhadap seorang pengarang jang belum selesai seperti saja sebut dalam kata pendahuluan. Sudah saja djelaskan bahwa penjair dalam tahun dua puluhan banjak memakai soneta, suatu bentuk jang berlainan dengan pantun. Tapi apabila dibatja sandjak-sandjak penjair tahun dua puluhan maka nafas pantun itu djelas benar. Dapatlah saja katakan bentuk soneta dengan djiwa pantun. Kalau kita teruskan kepada Pudjangga Baru dalam tahun tiga puluhan dimana penjair tahun-tahun dua puluhan tampil lagi seperti Sonoesi Pane bentuk soneta ini masih memperlihatkan dirinja walaupun nafas pantun itu sudah semakin menghilang. Didalam barisan Pudjangga Baru, penjair Amir Hamzah membawa tjorak jang tersendiri...