Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi kosakata slang anak jalanan di daerah Klender dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis harus mengumpulkan dua macam data yang dilakukan secara bertahap yaitu:1. data kosakata slang anak jalanan. Data ini diperoleh melalui observasi atau pengamatan di lapangan selama empat bulan. Dalam jangka waktu tersebut, penulis menemukan 56 kosakata slang anak jalanan, yang kedua 2. data keberterimaan masyarakat terhadap kosakata slang anak jalanan. data ini diperoleh melalui kuesioner yang disebar ke masyarakat tutur bahasa Indonesia di luar komunitas anak jalanan. Jika dilihat dari isinya,kuesioner ini membandingkan keberterimaan 25 kata slang anak jalanan dengan 25 kata `baru' yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa.Pembahasan mengenai potensi mengembangkan kosakata slang anak jalanan ke dalam kosakata bahasa Indonesia menghasilkan dua kesimpulan sebagai berikut: dengan menggunakan metode kuantitatif, basil kuesioner dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu : a. tingkat keberterimaan rendah (0-24%). Jumlah kosakata slang anak jalanan dalam kelompok ini lebih banyak dibandingkan kosakata `baru' yang dikeluarkan Pusat Bahasa, b. tingkat keberterimaan menengah (25-45%). Dalam tingkatan ini tidak ada satupun kosakata slang anak jalanan yang diterima masyarakat jika dibandingkan dengan keberterimaan 11 kata `baru' yang dikeluarkan Pusat Bahasa, c. tingkat keberterimaan tinggi (46-100%). Dalam tingkatan ini, penulis menemukan jumlah kosakata slang anak jalanan Iebih banyak dibandingkan kosakata `barn'. Hal ini berarti bahwa sebagian besar masyarakat telah menerima 7 kata slang anak jalanan disamping 2 kata `baru'. Hasil kuantitatif di atas menunjukkan bahwa kosakata `baru' yang dikeluarkan oleh suatu lembaga bahasa resmi tidak menjamin kosakata tersebut diterima oleh masyarakat.