ABSTRAK
Banyak cerpenis tahun 1950-an yang kini terlupakan. Mereka adalah para penulis yang pada waktu itu menyemarakkan periode Sastra Majalah. Salah satu di antaranya adalah Basuki Gunawan. Nama Basuki Gunawan memang tidak begitu dikenal di kalangan pemerhati sastra Indonesia karena ia hanya pernah menerbitkan karya-karyanya sekitar tahun 1950-an dan setelah itu ia menetap di Iuar negeri. Karya-_karyanya itu pun hampir tidak pernah diberikan tanggapan oleh kritikus sastra Indonesia.
Namun demikian, meskipun Basuki Gunawan pada saat itu tidak pula terlalu produktif dalam berkarya (ia hanya pernah menerbitkan 5 cerpen, 12 sajak, dan 1 esai), karya-karya tersebut--khususnya kelima cerpennya--memiliki beberapa kelebihan. Keistimewaan cerpen-cerpen Basuki Gunawan terlihat dari temanya yang bersifat filosofis. Di dalam cerpen-cerpen tersebut terdapat dialog-dialog atau kalimat-kalimat yang mengingatkan pada ucapan atau pandangan hidup beberapa filsuf dan pengarang eksistensialis, di antaranya Kafka, Dostoyevsky, dan Nietzsche. Penggambaran situasi jiwa tokoh-tokohnya juga memanfaatkan gaya penulisan surealisme, yang mempergunakan teori Psikoanalisis Freud sebagai dasarnya.
Kecenderungan di atas dapat dikatakan belum pernah dijumpai pada karya-karya para pengarang lain sebelumnya. Penulisan cerpen dengan ide-ide filosofis dan gaya penulisan nonkonvensional baru dimulai oleh Iwan Simatupang pada tahun 1960-an.
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, penulis memilih menganalisis lima buah cerpen karya Basuki Gunawan sebagai bahan skripsi-khususnya dari segi temanya-karena karya--karya Basuki Gunawan sepatutnyalah tercatat pula sebagai bagian dari dunia sastra Indonesia.