Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur budaya Jawa yang terkandung dalam Pengakuan Pariyem -- melihat sosok wanita Jawa dari kalangan priyayi darn wong cilik -- serta memfokuskan pada keter_bukaan Pariyem terhadap seks. Dari sekian aspek budaya Jawa dalam buku Pengakuan Pariyem ini, penults melihat ada empat aspek budaya yang menonjol. Pertama, tradisi (kebiasaan hidup sehari-hari) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Kedua, falsafah (sikap hidup) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Ketiga, perilaku keagamaan manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Keempat, pola majikan-pembantu dalam Pengakuan Pariyem. Tradisi manusia Jawa digambarkan dengan jelas dalam Pengakuan Pariyem, di antaranya keakraban manusia Jawa dengan wayang. Sementara sikap hidup manusia Jawa yang ditonjolkan dalam Pengakuan Pariyem adalah nrimo ing pandum. Dan, sikap keagamaan yang dipeluk Pariyem, tokoh utama dalam prosa lirik ini, adalah sinkretis antara mistik Jawa dan agama katolik. Hubungan antara majikan dan pembantu dalam Pengakuan Pariyem memperlihatkan bahwa secara lahiriah, hubungan antara Pariyem (wong cilik) dengan majikannya (priyayi) sangatlah akrab. Akan tetapi, secara batiniah, hubungan antara wong. cilik dengan priyayi sangatlah jauh jaraknya. Hal ini terbukti dengan tetapnya Pariyem menjadi babu Raden Bagus Aria Atmojo, yang notabene adalah suaminya sendiri. Dengan kata lain, Pariyem hanya dijadikan selir. Pengakuan Pariyem memang penuh dengan adegan seks atau pembicaraan mengenai adegnn seks (ada 24 halaman). Meskipun demikian, penilaian bagus atau tidaknya sebuah karya sastra tidak hanya tergantung pada ada atau tidaknya seks dalam karya tersebut, melainkan wajar atau tidaknya pembicaraan seks dalam karya tersebut. menurut hemat penulis, penggambar_an seks dalam Pengakuan Pariyem sangat wajar dan tidak dipaksakan. Sikap Pariyem yang sangat terbuka dan pasrah dalam hidup merupakan salah satu ciri nanusia Jawa pada umumnya. Ini tidak berarti bahwa semua wanita Jawa bersikap seperti Pariyem, melainkan hanya beberapa saja yang ber_sikap demikian, atau bisa jadi hanya Pariyem (tokoh imajiner Suryadi) saja yang bersikap demikian.