Penelitian ini mengkaji persebaran kepurbakalaan di situs Penanggungan, Jawa Timur, khususnya fitur dan artefak yang masih in situ. Tujuan penelitian ini mencoba mengetahui keterkaitan sumberdaya lingkungan dengan persebaran kepurbakalaan. Hal ini berkenaan dengan adanya kaidah-kaidah baku tertentu dalam penempatan bangunan suci, yang berhubungan erat dengan sumberdaya lingkungan. Penelitian ini berhadapan dengan pendapat dan teori-teori yang sudah dikemukakan beberapa ahli yang telah melakukan penelitian sebelumnya.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara survei pustaka dan survei lapangan. Tujuan observasi tersebut untuk mengakumulasi seluruh data yang pernah ada dan tercatat serta membandingkan dengan kenyataan di lapangan. Data yang terkumpul dipilah menjadi data sumberdaya lingkungan dan data kepurbakalaan. Data diproses terlebih dahulu sebelum dianggap layak sebagai sampel penelitian. Selanjutnya data-data dibandingkan satu sama lain. Data kepurbakalaan adalah data utama yang dibandingkan dengan data sumberdaya lingkungan.
Hasil penelitian ini memunculkan salah satu keunikan situs Penanggungan dibandingkan dengan situs lain. Hal paling mendasar adalah suatu kenyataan bahwa situs ini dianggap suci secara dogmatis berdasarkan kitab Tantu Panggelaran. Dengan demikian lingkungan situs tidak diragukan kesuciannya. Pada situs-situs sakral lainnya, secara umum status suci didapatkan dengan cara pengujian lingkungan berdasarkan kaidah-kaidah baku dalam kitab-kitab suci.
Hasil penelitian memperkaya data arkeologi Indonesia, khususnya masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Setidaknya dapat dibuktikan bahwa masyarakat masa lalu tidak pernah lepas dari unsur sistem teknologi dan sistem religi. Hal tersebut berkaitan dengan usaha manusia melakukan adaptasi terhadap lingkungan maupun terhadap kaidah-kaidah religi yang sepintas terlihat sangat baku. Selain itu terlihat bahwa pada intinya masyarakat tidak berperilaku secara acak tetapi memiliki pola tertentu, baik dalam ide maupun tindakan.