Penelitian terhadap mata uang logam Cirebon yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap dari data utama, mengetahui bacaan dan arti tulisan, serta melihat kemungkinan hubungan antara keberadaan huruf Latin dan Cina pada mata uang logam Cirebon koleksi Museum nasional Jakarta dengan sejarah Cirebon.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan terdiri atas tiga tahap. Pertama adalah pengumpulan data, terdiri atas data pustaka dan data dari pengamatan lapangan. Tahap kedua adalah pengolahan data, dengan melakukan pemerian data secara lengkap. Pada tahap ini juga dilakukan analisis dengan memakai metode klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe mata uang logam Cirebon ini dengan indikator sejumlah atribut. Atribut utama yang ditetapkan adalah komponen penciri utama berupa huruf, tanda dan polos. Lebih lanjut dalam tahap ketiga yaitu penafsiran data, dilakukan penafsiran data dengan cara mengidentifikasikan dan menganalogikan ciri-ciri mata uang ini dengan sumber-sumber sejarah. Deskripsi dan klasifikasi yang dilakukan menghasilkan pengelompokkan mata uang yang diteliti kedalam 3 tipe, 10 sub tipe, 11 varian dan 12 sub varian. Seluruhnya terdiri atas 25 jenis mata uang logam Cirebon koleksi museum nasional Jakarta. Atribut yang diteliti juga dibahas dalam upaya mengetahui jenis yang paling sering dan paling jarang muncul dari tiap atribut.
Dari hasil deskripsi juga diketahui gejala yang disimpulkan sebagai jejak pembuatannya. Dengan mengacu pada pengetahuan numismatik, khususnya tentang teknik pembuatan mata uang logam, maka disimpulkan bahwa mata uang yang diteliti dibuat dengan teknik cetak. tentang bahannya, hanya dapat disimpulkan berdasarkan data sejarah yang berlaku secara umum untuk seluruh mata uang logam Cirebon yang diteliti, yaitu timah dengan kadar campuran 1/5 timah (putih) dan 4/5 timah hitam. Tentang bunyi dan arti bacaan pada mata uang yang diteliti, belum semua dapat diketahui dengan penelititan ini. Diantara yang berhasil diketahui adalah huruf-huruf yang dibaca sebagai CHERIBON dan SHI TAAN JU HAU. Cheribon tersebut disimpulkan sebagai mengacu pada nama negara atau kesultanan Cirebon. Hal itu didasarkan atas keterangan Kern (1973), yaitu munculnya penulisan Cirebon dengan bentuk Cheribon di sekitar abad ke-18.
Dengan mengacu pada uraian Nestcher dan Chijs (1854), Shi Taan Ju Hau disimpulkan sebagai berikut: Shi Taan merupakan upaya penyebutan kata Sultan dalam huruf Cina. Sedangkan Ju hau merupakan bagian dari kalimat konfusius yang bermakna kebahagiaan. Pada salah satu mata uang ini tertera angka 1761. Angka tersebut disimpulkan sebagaimana juga dikatakan antara lain oleh Millies (1871) dan Wicks (1983), adalah angka tahun penerbitan mata uang tersebut. Selanjutnya, pemakaian jenis huruf latin pada mata uang logam kesultanan Cirebon disimpulkan berkaitan dengan keadaan politik di Cirebon, dimana kekuasaan Belanda ternyata tidak hanya berpengaruh pada kekuasaan politik kesultanan Cirebon, tapi juga telah berpengaruh dalam ekonomi Cirebon. Huruf Cina juga dipakai dalam mata uang Cirebon, disimpulkan karena pembuatnya memang orang Cina. Orang Cina yang dikontrak untuk membuat mata uang tersebut, memadukan pengetahuan nenek moyangnya dengan keadaan di Cirebon.
Berkaitan dengan masa pengeluaran mata uang yang diteliti, diasumsikan bahwa sebagian besar dari mata uang ini berasal dari abad ke-18. Namun demikian, muncul pula beberapa pertanyaan sejalan dengan hasil-hasil penelitian ini. Antara lain berkaitan dengan mata uang tidak berkomponen utama/polos, yaitu apakah mata uang ini dahulu pernah digunakan sebagai alat tukar atau tidak. Kemudian tentang arti dari huruf DM yang merupakan rangkaian dari CHERIBON DM, serta sebagian besar bacaan dan arti huruf-huruf Cina yang belum dapat diketahui dengan penelitian ini.