ABSTRAKPenelitian gerabah prasejarah di Indonesia pada akhir-_akhir ini semakin meningkat baik ditinjau dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya. Hal ini karena gerabah merupakan data arkeologi yang sangat penting. Pada hampir setiap survei maupun ekskavasi banyak ditemukan gerabah. Temuan-temuan situs prasejarah yang banyak mengandung gerabah terus bertambah, baik yang merupakan situs pemukiman (settlement), situs penguburan (burial), maupun merupakan cam-puran keduanya.
Situs-situs yang banyak mengandung gerabah tersebut di_temukan di berbagai tempat di Java antara lain di Anyar (Van Heekeren, 1958:80), Buni (Sutayasa, 1972:182-184; 1979 : 61-75), Gunung Wingko (Gunadi, inpress) ; P1awangan ( Sukendar, 1981:1--102); Bali yaitu di Gilimanuk (Soejono, 1977:170--242); Lombok yaitu di Gunung Piring (Gunadi, 1980:110--124); Kalumpang (D.J. Mulvaney dan Soejono, 1970:34--43); dan Sum_ba yaitu di Melolo (Van Heekeren, 1956:1-24).
Pengamatan terhadap gerabah di Indonesia telah dilak_sanakan sejak mulai berdirinya Oudheidkundige_Dienst. Pada tahun 1913 dan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Pada masa penjajahan Belanda tersebut penelitian gerabah_