Dalam sejarah Amerika tidak ada organisasi yang paling terkenal karena nama buruknya selain Ku Klux Klan. Representasi dari masalah Klasik (rasialisme) yang dihadapi oleh Amerika sebagai sebuah negara bangsa yang multiras dan multikultur. Di Awal abad ke-20 organisasi ini bangkit kembali di tengah situasi di mana semangat nativisme Amerika berkembang sebelum, selama, dan sesudah Perang Dunia I. Antara lain disebabkan oleh lajunya para imigran baru yang kemudian menimbulkan konfrontasi dengan imigran lama. Dengan mengadopsi kostum, tradisi, dan ritual Ku Klux Klan pada masa Rekonstruksi, gerakan Ku Klux Klan di awal abad ke-20 muncul sebagai resistensi para imigran lama yang merasa dirinya terancam oleh kedatangan imigran baru yang membawa suatu bahaya (Gereja Katolik Roma) yang menjadi ancaman bagi kelangsungan kehidupan budaya serta peradaban Anglo-Saxon di Amerika. Mampukah Ku Klux Klan mencapai tujuannya yaitu penghentian secara total arus imigrasi baru ke Amerika. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan tentang sosok dan gerakan Ku Klux Klan di awal abad ke-20 sebagai salah satu wujud respons masyarakat Amerika dalam menghadapi perubahan komposisi budaya, agama dan ras di Amerika.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sejarah antara lain heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gerakan Ku Klux Klan memang bersifat nativistik sejak awal, namun situasi dan kondisi turut mempengaruhi karakteristik gerakan tersebut. Jika pada awal berdirinya di tahun 1865 gerakannya lebih merupakan gerakan rasialis, dikondisikan karena kebangkitan orang Afro-Amerika dilihat sebagai bahaya yang nyata dan ada di depan mata yang harus mereka hadapi. Di awal abad ke-20 bahaya yang nyata dan ada di depan mata mereka adalah datangnya para imigran baru dengan nilai-nilai yang dibawanya yang nampak asing di Amerika. Hal tersebut mengembalikan sifat dan gerakan Ku Klux Klan yang nativistik yang kemudian menyatu dengan dengan rasialisme.